Kalender Liturgi

Jumat, 19 Desember 2008

E_Sos-Eko2

ELPIJI LANGKA


BULETIN SIANG, Minggu, 14/12/08 RCTI Jam 12.04 WIB menyampaikan
bahwa terjadinya kelangkaan Elpiji disebabkan
pengisian gas di balongan, cilacap, dan
beberapa depo pertamina yang sedang
dalam perbaikan infrastruktur;
pembuatan tangki timbunan yang besar.
"Keterlambatan infrastuktur pengisian
tabung gas 3kg maupun 12kg
berdampak terhadap kelambatan
investasi" ujar Yusuf Kalla.
Sementara itu, beberapa pedagang
harus berhenti berjualan. Dan harus
mengutang karena untuk menafkahi
keluarganya.

OPINI
Kelangkaan Gas Elpiji memang tidak membawa
pengaruh langsung pada saya. Pengaruh langsung tentu kepada
para pemakai gas elpiji, termasuk berdampak kepada ibu
saya yang biasa memasak.

Konversi minyak ke gas yang saya
rasa sangat terburu-buru oleh
pemerintah yang seolah-olah kejar
'target'. Target masa jabatan yang
tersisa setahun lagi. Dimana untuk
'unjuk gigi', bahwa kepemerintahan
SBY -JK memang ok dan mantap.

Tapi ternyata, infrastruktur pengisian
gas tidak memadai. Saya sangat
kecewa. Apalagi melihat keluh kesah
wong cilik, misalnya tukang baso dan
beberapa pedagang lainnya yang
sudah ikut konversi ke gas.

Saya hanya mengeluh dalam hati dan
berharap dalam kabar selanjutnya,
kapan berakhirnya kelangkaan ini.
Jika harus kembali ke minyak tanah,
"apa kata dunia?" meminjam logad
naga bonar 2

IMANUEL

E_Sos-Eko1


"KATA-KATANYA ...."

Belum lama ini pemerintah sudah 2 kali menurunkan harga BBM. "wong cilik sedikit senang sih." Tapi kalau melihat di beberapa SPBU Pertamina. Masih ada oknum-oknum yang membiarkan pengisian BBM mengunakan dirigen. Emangnya,
apakah tidak puas harga BBM diturunkan? atau mau menimbun BBM?.

Kejadian ini sudah berkali-kali terjadi, di SPBU Bungur, Bekasi Utara.
Foto diambil 18 Desember 2008.
Tolong ditindak tegaslah Pertamina. Kan percuma sudah dibuat larangan.

Yang pasti buat wong cilik melihat hal ini sangat memperhatinkan.
Semoga ketegasan pemerintah sungguh-sungguh bijaksana.
Dan harapan wong cilik mendapatkan BMM tidak disusahkan dan tidak direpotkan dengan mengantri lagi. Semoga.

IMANUEL

Senin, 15 Desember 2008

Epistula_Thanks to ... (4)

Thanks Lord ....

Paket Buku dari Bimas Katolik

Pagi 15 Desember 2008, Saya dapat sms dari Maya teman seangkatan. Maya memberitahukan untuk meminta buku Sejarah Gereja (kuliah Rm. Eddy) di DEPAG pusat.

Siangnya saya meluncur ke DEPAG pusat Jakarta (dekat KAJ).
saya tak lupa menulis daftar tamu, bertanya ke satpam dan menuju lift.
Saya menuju lantai 5(lima), sesampai di atas, saya bertanya-tanya dimana saya dapat meminta buku.
Saya disarankan menuju ke lantai empat bertemu Pak Tomas (BIMAS KATOLIK bagian Perguruan Tinggi). Saya pun menuruni tangga.

Saya bertemu Pak Tomas yang bersiap makan siang. Saya diminta untuk menfhoto copy KTP di lantai 3(tiga).
Saya pun bergegas dan mencopy KTP satu lembar saja.

Kembali di lantai empat saya harus menunggu karena karyawan sedang makan siang semua.
saya bermain games ular di tangga (bukan ular tangga).

kira-kira 40 menit menunggu saya pun kembali keruangan pak Tomas. saya dipersilakan duduk sambil menunggu beberapa hal mengenai prosedur pengambilan buku.

Selang beberapa menit buku dibawa satu per satu ke atas meja. saya binggung untuk apa sebanyak ini. saya pikir,"mana buku yang saya cari?. Tak ada satupun terlihat."

Saya diminta mengisi lembar formulir, dan mengisi buku-buku yang ada dihadapan saya. Saya berpikir lagi,"gila banyak banget ditulis, pake nama gue lagi."

Setelah mengisi saya berpamitan, tak lupa saya berterima kasih pada pak Tomas.
pak Tomas lalu mengarahkan saya kepada Pak Albertus. Pak Albertus yang sedang makan adalah kepala bagiannya.
Saya ingin bersalaman namun sayang tak bisa. "bau ikan..." ujar beliau.

Saya meminta plastik ke pak Tomas. Karena 12 buku tidak muat di dalam tas saya.
Saya diingatkan,"kalau mau minta buku datang lagi, biasanya akan ditanyakan dahulu buku yang pernah diminta. Gratis!."

"Busetttt....banyak banget mo dipresentasikan kesini...." ceplos saya.

Berikut buku-bukunya:
Etika Komunikasi, Haryatmoko
Etika Sosial, Jenny Teichman
Bersama Dia, Agustinus Gianto
God Spy, Juan Gomez - Junardo
Karya Lengkap Driyarkara
Menguak Injil-Injil Rahasia, Deshi Ramadhani
Menjadi Saksi Kristus, Franz Magnis-Suseno
Menuju Hidup Yang Lebih Ekaristis, Herman Musakabe
Menyeberangi Sungai Air Mata, Antonius Sumarwan
Pemimpin dan Krisis Multidimensi, Herman Musakabe
Psikologi Pendidikan, Sumadi Suryabrata
Wajahku Pribadiku, Mary Rebecca


Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih pemerintah melalui BIMAS DEPAG, terima kasih Pak Tomas dan Pak Albertus Triyatmojo SS, M.SI. yang telah melayani dengan baik.

Tuhan Memberkati. IMANUEL

Kamis, 11 Desember 2008

EPISTULA_Krisma7



Fomulir identitas peserta Sakramen Krisma

Dengan nama Penguatan(Santo pelindung) Stefanus

EPISTULA_Krisma6


Team Koor dan Persembahan

Terima Kasih atas peran serta teman-teman semua. Tidak ada ucapan selain TERIMA KASIH dan TUHAN YESUS MEMBERKATI.
Pada Perayaan Sakramen Krisma, tanggal 30 November 2008.
Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

EPISTULA_Krisma5



Pendamping Krisma_Stefanus Melki

Suster- Suster Pendamping Krisma (kiri: Sr. Susan,PI dan kanan: Sr. Klarentin,FSGM)
Stefanus Yoanes Melki Sahala Pangaribuan
30 November 2008
Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

EPISTULA_kata_Inspirasi


APA ITU EPISTULA?

Epistula adalah isteri seorang rasul. Ah, tidak juga. Itu hanya sekedar gurauan saja.
Epistula adalah surat. Beda antara epistula dan surat adalah epistula biasanya berisi tulisan yang cukup panjang dan sifatnya umum, tidak seperti surat atau memo biasa yang lebih bersifat pribadi. Epistula mirip seperti esei (karangan) - tulisan dimaksudkan untuk mengajarkan suatu topik yang serius. Jaman dulu banyak orang menulis epistula.

Epistula yang amat terkenal dapat kita temukan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Kebanyakan epistula itu ditulis oleh St. Paulus. Ia menuliskannya (atau mungkin mendiktekannya) untuk memberikan nasehat-nasehatnya kepada umat Kristen yang tinggal di kota Korintus, Yunani. Umat Kristen sangat menyukai nasehat-nasehat itu sehingga mereka membuat salinan surat-surat St. Paulus untuk disebarkan kepada umat Kristen yang lain. Biasanya epistula ditulis di atas gulungan papirus yang panjang. Pada awal surat perlu disebutkan nama penulis surat. Biasanya St. Paulus memulai epistulanya dengan puji-pujian dan doa bagi umat kepada siapa epistula itu ditujukan. Nasehat-nasehat St. Paulus masih tetap bermafaat untuk diterapkan pada masa sekarang. Bagaimana jika kita mulai membaca seluruh surat-suratnya?

sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

EPISTULA_Tentang_KRISMA



Sakramen Penguatan

Oleh Romo Richard Lonsdale

MENGAPA SAKRAMEN PENGUATAN ITU PERLU?

Sakramen Penguatan merupakan langkah kedua menjadi seorang Katolik. Penguatan merupakan sakramen. Artinya, “bahasa isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali berbicara lebih kuat dari bahasa-bahasa lain, karena bahasa isyarat sifatnya universal. Dalam sakramen, Tuhan mempergunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak dan juga tindakan-tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa kita. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah orang yang menerimanya.

Sakramen Penguatan merupakan yang pertama dari serangkaian sakramen yang disebut sebagai sakramen “pengurapan”. Sakramen-sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama, yaitu pengurapan dengan minyak. Yang termasuk dalam sakramen “pengurapan” adalah: Sakramen Penguatan atau Krisma, Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan Sakramen Imamat. Ketiga sakramen tersebut mempergunakan bahasa isyarat yang sama untuk mengatakan sesuatu yang berbeda.

Dalam Sakramen Baptis, kita disambut dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam Sakramen Penguatan, kita disambut dalam persekutuan dengan suatu komunitas, yaitu Gereja Katolik. Di kebanyakan Gereja Katolik, seorang Uskup-lah yang memberikan isyarat penyambutan itu. Perkecualian terjadi apabila calon penerima sakramen adalah orang dewasa yang baru masuk Katolik. Maka, imam pembimbing yang menerimakan Sakramen Penguatan. Bapa Uskup atau imam menyatakan sambutannya dengan isyarat tangan yang artinya “kami menghormatimu, kami menyambutmu dalam keluarga Katolik.”

Bahasa isyarat “pengurapan minyak” dapat diumpamakan dengan memijat dengan balsem. Pijatan itu membersihkan, menenangkan serta menyembuhkan. Ketika kamu masih kanak-kanak, pernahkah ibumu menggosok dadamu dengan Vicks Vaporub ketika kamu pilek? Atau mungkin menggosok kakimu yang keseleo? Kamu akan segera merasa nyaman karena dua hal. Pertama, obat gosok itu meresap ke dalam kulitmu serta menghangatkan tubuhmu sehingga kamu merasa nyaman. Kedua, karena kamu menikmati sentuhan dari orang yang mengasihimu. Sama halnya dalam Sakramen Penguatan. Tuhan menyentuhmu dan menawarkan kesembuhan bagimu dari segala macam beban yang kamu pikul selama kamu tumbuh dewasa. Tuhan berkata kepadamu, "Aku tidak akan tinggal jauh darimu, Aku sungguh memperhatikan kamu karena kamu adalah pribadi yang berharga bagi-Ku."

Minyak Krisma Sakramen Penguatan mengundang Roh Kudus agar melindungi kita. Roh Kudus memberi kita kekuatan serta membimbing kita dalam menyempurnakan persatuan kita dengan Yesus melalui tubuh-Nya di dunia, yaitu Gereja. Roh Kudus membimbing kita bagaimana menjadi serupa dengan Kristus.

ASAL-USUL SAKRAMEN PENGUATAN

Apabila kamu memahami sakramen sebagai suatu “bahasa isyarat”, kamu juga dapat memahami bagaimana dan mengapa sakramen dapat mengadakan perubahan. Hal ini terutama tampak nyata dalam Sakramen Penguatan. Pesan yang hendak disampaikan melalui Sakramen Penguatan adalah “Tuhan menghormati kamu dan memberimu kekuatan menghadapi persoalan-persoalan yang berat.” Tuhan menyatakannya melalui beberapa cara. Upacara Sakramen Krisma merupakan salah satu di antaranya.

Penguatan yang pertama menggunakan tiga bahasa isyarat yang berbeda: angin, lidah api dan berkata-kata dalam bahasa asing. Peristiwa tersebut terjadi dalam suatu perayaan Yahudi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Perayaan itu disebut Shavuot. Artinya “Minggu-minggu”. Shavuot dirayakan sekitar tujuh minggu sesudah Hari Raya Paskah Yahudi. Shavuot disebut juga Pentakosta, yang artinya “lima puluh hari”. Yaitu semacam perayaan untuk mengucap syukur dan untuk mengenang Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah kepada bangsa Israel.

Biasanya, para rasul Yesus pergi ke Bait Allah untuk menyampaikan persembahan mereka. Tetapi, saat itu mereka takut kalau-kalau mereka ditangkap seperti Yesus. Karenanya, mereka bersembunyi di ruangan di mana Yesus merayakan Perjamuan Terakhir-Nya.

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2: 1-4)

Ada juga kisah-kisah dalam Kitab Suci di mana orang secara tiba-tiba berubah. Perubahan tersebut selalu disertai dengan kobaran semangat, iman dan kesediaan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas iman, yaitu Gereja.

Masing-masing peristiwa tersebut dikenangkan melalui bahasa isyarat yang berbeda-beda sepanjang sejarah Gereja. Pada akhirnya, Gereja menetapkan bahasa isyarat yang sekarang dipergunakan dalam Sakramen Penguatan.

Di masa mendatang, Gereja mungkin saja mengubah bahasa-bahasa isyarat itu, tetapi pesan yang hendak disampaikan serta pengaruh yang ditimbulkannya akan tetap sama, yaitu kehadiran Roh Allah. Makna dan kuasa bahasa isyarat tersebutlah yang terpenting, yaitu kehadiran Roh Kudus Allah dalam diri kita.

APA YANG DILAKUKAN ROH KUDUS?

Tahukah kamu bagaimana komputer bekerja? Bagi sebagian orang, keyboard komputer merupakan suatu panel dengan simbol-simbol dan karakter-karakter yang aneh. Jika kamu tidak tahu apa yang harus kamu perbuat, ada satu kunci yang perlu kamu ingat, karena kunci ini termasuk yang paling penting: F1.

Dalam sebagian besar program komputer, apabila kamu mengalami kesulitan, kamu dapat menekan kunci F1 dan segera HELP window akan muncul menampilkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang harus kamu lakukan.

Kamu dapat menganggap Roh Kudus sebagai kunci pribadimu yang menolongmu dalam segala permasalahan hidup. Roh Kudus tidak saja menunjukkan kepadamu bagaimana melakukan sesuatu, tetapi Ia juga akan memberimu kekuatan untuk melakukannya.

Sebagai contoh, Yesus berpesan kepada para rasul-Nya bahwa apabila mereka diserahkan ke pengadilan oleh karena iman mereka, mereka tidak perlu khawatir akan apa yang harus mereka katakan untuk membela diri. Roh Kudus sendiri yang akan berkata-kata di dalam mereka. Hal itu memang benar-benar terjadi kemudian, seperti yang telah dikatakan oleh Yesus.

Ada suatu singkatan yang menjadi populer dalam beberapa tahun belakangan ini. WWJD - singkatan dari What Would Jesus Do? Apa yang akan Yesus lakukan? Yaitu suatu cara yang baik untuk mempertimbangkan apakah suatu perbuatan itu OK atau akan menyakiti orang lain. Istilah lain bagi WWJD adalah hati nurani. Hati nurani adalah suatu “suara” lembut dalam dirimu yang mengatakan “Jangan lakukan, itu dosa” atau “Pergilah menolong orang itu, ia dalam kesulitan.” Itulah suara Roh Kudus!

Kamu tidak perlu repot-repot menekan kunci mana pun untuk mendapatkan bantuan seperti itu, karena Roh Kudus ada dalam kamu dan Ia senantiasa siap sedia menolongmu kapan saja dan di mana saja kamu berada. Setiap saat kamu membutuhkan pertolongan atau nasehat tentang apa saja, bertanyalah kepada Roh Kudus. Kemudian tunggu Ia menjawabmu. Jawaban itu akan datang dalam benakmu, atau melalui orang lain, atau melalui Gereja.

SPONSOR atau PENJAMIN

Di televisi, sponsor adalah seorang, atau suatu perusahaan, atau suatu kelompok yang menawarkan sesuatu kepada pemirsa. Biasanya tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka tawarkan. Dalam segi tertentu, seorang Sponsor atau Penjamin dalam Sakramen Penguatan juga melakukan hal serupa. Mereka menawarkan atau menghadirkan calon penerima Krisma ke hadapan Gereja yang diwakili oleh Bapa Uskup. Mereka menawarkan segi-segi baikmu kepada komunitas Gereja.

Sama seperti sponsor TV, para penjamin calon Krisma juga harus yakin akan orang yang mereka jamin. Para penjamin sesungguhnya mengatakan, “Kami menghormati orang ini dan menurut kami, ia akan menjadi anggota Gereja yang baik.” Penjamin terbaik biasanya adalah wali baptis calon yang bersangkutan.

CATATAN TENTANG SAKRAMEN PENGUATAN

Dalam Gereja-gereja Katolik di Timur Tengah (Ritus Timur), Sakramen Krisma diberikan oleh imam kepada bayi-bayi pada saat mereka menerima Sakramen Pembaptisan.

Dalam bahasa Ibrani, 'Ruah' (= Roh), juga berarti Angin dan Napas Hidup.

Minyak Krisma terbuat dari minyak zaitun. Karena minyak zaitun memiliki aroma yang kurang sedap, maka ditambahkan balsem wangi.

Dalam Kitab Suci, terkadang orang menerima pencurahan Roh Kudus sebelum mereka dibaptis. Lihat Kis 10: 44-48

Minyak Krisma diberkati oleh Uskup dalam Pekan Suci. Kemudian minyak Krisma dibagi-bagikan ke seluruh wilayah keuskupan sebagai lambang persatuan dalam Gereja.

sumber : “The Sacramental Gazette, Confirmation: Why?”; Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”

Rabu, 10 Desember 2008

EPISTULA_Judul2



Tugas Meneliti

Transformasi Ulat menjadi Kupu-Kupu selama se-Minggu doank

Indah dan cantik di tangan.

EPISTULA_Judul1



CATUR 7777

Jumat, 05 Desember 2008

E_ Katekis Sakramen Krisma Unika Atma Jaya



Para Katekis Krisma Se-KAJ tahun 2008

EPISTULA_Krisma3



Ayah, Mama, dan Agnes berfoto bersama Bapak Uskup Jakarta Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, setelah Perayaan Sakramen Krisma
STEFANUS Yoanes Melki Sahala Pangaribuan, 30 November 2008,
Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

EPISTULA_Krisma2




STEFANUS
Yoanes Melki Sahala Pangaribuan

Setelah penerimaan Sakramen Krisma, Melki berfoto bersama Bapak Uskup Jakarta Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, 30 November 2008
Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

Kamis, 04 Desember 2008

Epistula_Krisma1_petugas Misa Sakramen Krisma 2008




Para petugas MISA SAKRAMEN KRISMA, para Imam dan Bapak Kardinal.



Tempat berlangsungnya Sakramen Krisma Mahasiswa KAJ 30 November 2008

Gedung Yustinus, lantai 15

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
Jalan Jend. Sudirman 51, Jakarta

Jumat, 07 November 2008

EPISTULA_Thank’s to...2(1)


PROSES DALAM PERJUANGAN KATEKIS bagian 2

Thank’s to …. (I)

Dengan tegar dan gagah kulambaikan tangan kananku kepada Oma, Om, Tante, adik Vip, Ebet, Glory, dan orang-orang yang mengantarku hingga dermaga kapal cepat, KM SIGORI. Keberangkatanku menuju Tanah Jawa menggunakan tiket Gratis dari Opaku - Simon Toehatoe, seorang pensiunan kapten Laut. Aku dibelikan tiket kapal cepat dan kapal Pelni. Aku sangat bersyukur dan senang sekali kepada Tuhan Yesus. Tuhan memberikanku segala sesuatu yang aku butuhkan, meski aku tidak meminta kepada-Nya.

Perjalananku bersama dengan Opa Simon, Oma Olda, Tante Ita, Tante Morin, Tante Ria, Om Boy, adik-adik sepupu anak Om dan Tante diatas, serta Bapak Yahya (ternyata seorang Pendeta). Banyak hal yang kudapatkan diatas kapal. Kisahnya nanti kutuliskan sendiri deh. Tunggu aja ya.

Sesampai di Tanjung Priuk, aku dijemput Mama. Perubahan berpikirku makin meningkat, karena sudah lama tidak melihat rumah (yang dipinjamkan gratis kepada kelurgaku), di jalan Merpati V/13, Bekasi Utara. Rumahnya sudah direnovasi lebih cantik dan luas. Aku menyadari bahwa ini semua Anugerah Tuhan yang LUAR BIASA. Kata LUAR BIASA sering terucap hingga ratusan kali, bahkan Agnes, adik kandungku mengugatnya. “Abang, luar biasa melulu. Coba ganti napah jadi Puji Tuhan” celoteh Agnes. Akhirnya aku pun mengantinya jadi “PUJI TUHAN!!!” setiap ada hal baru yang kudapati.

Pada hari Jumat I, bulan Agustus 2008 ada Misa Sakramen Maha Kudus di Kapel Seroja – Bekasi Utara. Setelah misa selesai aku menemui Pastur Raymondus Simanjorang OFMCap untuk menanyakan tentang Katekis itu. Ini karena mama waktu itu memberi tahuku, “coba kamu tanya Pastur Raymon. Mungkin ada jalan bagimu mel.” Pastur Ray hanya menerangkan berkata singkat dan padat. Dengan kewibawaan dan logad bataknya beliau mengatakan,”nanti ya mel … saya coba cari tahukan tempat sekolahnya.”

Penantianku tak terasa sudah sebulan, berbarengan dengan perpindahan gedung kapel Seroja ke wisma Pamentas. aku belum mendapatkan kabar yang pasti. Misa jumat pertama bulan September, aku menemui kembali Pastur Raymondus – Pastur Paroki Santa Klara. Dengan semangat yang membara aku pun bertanya, “Mo, bagaimana dengan sekolah untuk katekis itu?”. Romo Ray menjawab,”Mel, ada di Atma Jaya dan IPI malang. Namun kamu sudah terlambat mendaftar. Kamu sabar ya tahun depan saja.” Aku pun hanya menjawab,“iya dan thaks mo.” Wajah yang lunglai ku perhadapkan ke bawah lantai. Namun semangat hati tetap menguatkan,”… tahun depan aku pasti akan mendaftar.” Doaku dihadapan tabernakel.

Aku pun mulai melangkahkan kaki untuk mencoba melamar pekerjaan. Sambil menuggu tahun berikutnya. Banyak hal kujalankan: sebagai Sales MLM, mengikuti tes Tantama, tes Bintara, nongkrong sana-sini, dan ikut Mudika Yohanes Pemandi – Febuari 2007. Dalam harapan perasanku terus bergejolak, apakah permohonanku terkabulkan? Atau kepastian kepercayaan diriku saja yang semu dalam angan-angan doaku?.

Aku yakin satu hal dalam harapan, Tuhan tetap mengasihku dan menyertaiku. Imanuel.

Dengan yang demikian tinggallah iman, dan pengharapan, dan kasih, ketiga perkara ini, tetapi di dalam ketiganya itu yang terlebih besar, ialah kasih.” (1 Korintus 13:13)

Senin, 03 November 2008

EPISTULA_Thank’s to...(1)


PROSES PERJUANGAN SEORANG KATEKIS bagian 1

Thank’s to …. (I)

Tamat SMU tahun 2006, menghantarku kembali ke Pulau Jawa Barat, Bekasi Utara. Aku menjadi pelajar dan ‘anak hilang’ (belajar mandiri) kurang lebih 2 tahun di kota Raha, Sulawesi Tenggara. Dengan bimbingan dan kasih sayang dari Oma DC Toehatoe tercinta, Om Bobby, Tante Eda, Om Ipul, Tante Femy (Almh), Om Onal dan Tante, serta semangat dari adik-adik sepupuku Vip, Ody, Ebet, Risa (Almh), Glory, Abang Mitra (hanya beberapa bulan karena ada urusan pribadinya), kemudian adik bayi yang belum bernama (sekarang Maharani). Aku menjalani hari-hariku dan tinggal dalam satu atap bersama mereka. Banyak hal yang kudapatkan waktu berada disana.

Bermodal wejangan kuat dari OMA DC tersayang. Aku pun mengarah pada kata KATEKIS. “Ko … jadimi KATEKIS, enak bodo. Seperti Bapaknya Rino atau Bapak Kani yang mengajari agama.. Anak-anak Oma tidak ada yang mau, waktu itu Oma tawarkan Om Epang tapi tidak mau” pesan Oma dengan logad Ambon bercampur logad Muna.

Sebelum aku menerima ijasah kelulusan SMU, aku selalu teringat perkataan Omaku itu, “… jadimi Katekis seperti Bapaknya Rino … ”. Kalimat tersebut mengarahkan pada satu hal, apakah arti kata KATEKIS itu. Karena sangkin penasarannya kemudian aku membuka kamus bahasa Indonesia. Sesuai urutan abjadnya, kutemukan kata Katekis itu dan beberapa istilah kata lainnya yang berdekatan. Namun aku makin tambah penasaran untuk menjadi KATEKIS. Aku pun mendatangi Bapaknya Rino (Bpk. Higinus) yang tak jauh dari rumahku.

Beberapa kalimat terlontar mengandung makna, tanya, juga harapan dari bibir manisku. Satu titik puncak perbincanganku dengan beliau. Beliau telah mengatifkan sel otakku yang baru. Cakrawala berpikirku kurasakan berbeda. Sore itu kutemukan jawaban meski tidak sepenuhnya. Aku mengerti satu hal, Roh Kudus telah membuka cara berpikirku yang baru dan menyemangatiku untuk lebih mendalami lagi tentang Katekis.

Aku melanjutkan pencariaan tentang KATEKIS itu. Aku mendatangi Pastur Dony, Pr. Beliau salah satu ‘orang yang dipercayakan’ mengembangkan spitualitasku di kota Raha. Aku mencari jawabanku dan beliau mengarahkanku untuk mencari sekolah KATEKIS di Tanah Jawa.

Aku merasakan semakin dekat dengan kata KATEKIS itu, ada doa, dukungan, dan berkat peneguhan dari Pastur Dony, Pr. Sementara Oma DC selalu mengarahkanku pada kata Katekis dan KATEKIS, bahkan benakku menyimpan baik-baik kata “KATEKIS”.

Aku meninggalkan kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Juli 2006. Thank’s LORD to Oma Dc yang mengarahkanku pada kata “KATEKIS”, thanks to Bapak Higinus yang membantu membuka cara berpikirku lebih jauh. Thank’s to Pastur Dony, Pr sebagai pembimbing spiritualku dan Mudika Paroki St. Yohanes Pemandi Raha, dan thak’s to All (orang-orang yang akan kutuliskan ”jika ingat” satu persatu dalam kisah hidupku. Tapi tunggu saja ya dengan sabar). I miss in AmbonCamp, I miss Raha City. IMANUEL

“Di doa nenekku, ada namaku disebut. Di doa ibuku, ada namaku pun disebut. Dan di doa Bunda Maria namaku pasti ada disebutkan” nyanyiku menggantikan lirik lagu rohani Di Doa Ibuku Namaku Disebut – Nikita.

Kamis, 30 Oktober 2008

EPISTULA_Cerpen1

BERTEMU BAPAK KARDINAL


Jumat 4 Juli 2008, Saya pergi ke Keuskupan Agung Jakarta untuk bertemu Ketua Komisi Kateketik KAJ. Kedatangan Saya saat itu, langsung dihampiri Maya, teman kuliah Saya yang sudah ‘janjian’ di tempat parkir motor. Kami pun segera menuju kantor Karya Pastoral KAJ untuk menemui Mba Ningrum, karyawan KAJ. Oleh Mba Ning – sapaan akrab Mba Ningrum – kami langsung ditunjukkan ruangan dari Komisi Kateketik KAJ. Di sana kami bertemu dengan Bapak Hendro, yang menyambut kami dengan baik dan ramah.

Setelah kami menjelaskan maksud kedatangan pag itu, yaitu perihal permohonan beasiswa, kami kemudian menuju ke gedung Gereja Katedral-Jakarta, syarat dan ketentuannya bisa ditanyakan kepada P.A/Kaprodi kita. Saya menemani Maya yang ingin berkunjung ke Museum Katedral. Namun sayang, saat itu museum belum dibuka. Maya lalu sujud berdoa. Duduk di baris belakang, aku pun berdoa di hadapan patung Yesus yang berada di pangkuan Bunda Maria. Selesai berdoa, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Goa Maria yang berada tak jauh dari gedung gereja. Saya mengambil lilin 'gratis' untuk berdoa, lalu mendaraskan doa 1x Bapa Kami, 3x Salam Maria, beberapa intensi dan ucapan syukur. Kunjungan ini merupakan kunjungan tahun ketiga bagi Saya (mencoba setiap tahun minimal sekali berkunjung). Meskipun Saya selalu berkunjung ke Gereja Katedral setiap ada kesempatan.

Setelah berdoa, kami kembali ke kantor Karya Pastoral KAJ untuk berpamitan dengan sahabat kelas kami. Kali ini pertemuan kami dengan Mba Ning sedikit berbeda, karena tiba-tiba kami ingin bertemu dengan Bapak Uskup. Keinginan ini muncul karena Saya menanyakan tempat tinggal Bapak Uskup. Wismanya yang yang belakang atau yang depan?” tanya Saya pada Mba Ning. Tiba-tiba Saya berpikir, “Apakah Bapak Uskup boleh kami temui?”. ”Iya bisa saja, jika tidak sibuk” ceplos Mba Ning.

Mba Ning lalu mencoba menelepon seketariat tempat kediaman Bapak Uskup. Entah apa yang ia katakan, tapi beberapa menit kemudian kami dipanggil, dan diperbolehkan menemui Bapak Uskup.

Hari itu sungguh anugerah luar biasa dari Tuhan untuk saya, Maya, dan Mba Ning. Kami bertiga bertemu Bapak Kardial secara eksklusif, sekaligus mewawancarai ala reporter dadakan. Kami mulai menyusun kata-kata, sebab pertemuan dengan Bapak Uskup ini memang tidak kami rencanakan sebelumnya. Saya lihat Maya juga sepertinya ragu-ragu dengan hal ini. Mungkin ia berpikir, “Apakah ini benar-benar nyata? Bertemu dengan seorang Uskup?!” Beberapa saat kemudian, muncul ide dalam pikiran kami mengenai yang akan kami ucapkan pertama kali kepada Bapak Uskup. Kami akan mengucapkan selamat atas Tahbisan Bapak Uskup yang ke-25 kemarin (29 Juli 2008).

Hanya seperkian detik setelah kami menunggu, tiba-tiba Bapak Uskup membuka pintu. Kami spontan berdiri tegap, seperti prajurit yang sedang berbaris. Kami semua menyalami Beliau, tapi Saya, setelah berjabat tangan dengan Beliau, langsung duduk di kursi. Saya grogi, tapi kemudian Saya bangkit kembali sampai Bapak Uskup mempersilahkan kami duduk. “Huh...payah nih!! Grogi abis - masa tadi duduk duluan. Malunya ... #@*697061@#5^>?<":

Mba Ning memulai pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangan kami - yang adalah para calon katekis - kami berharap mendapat wejangan dari Bapak Uskup. "Duh.. senangnya hati ini, bertemu Bapak Uskup, seperti orang penting saja", ujar Saya dengan bangga dalam hati.

Sosok pemimpin yang Saya idolakan ini ternyata membagikan keistemewaan yang begitu dalam bagi kami, hingga di dasar lubuk hati kami. Saat itu kami mendengarkan Bapak Uskup secara serius tapi santai, walaupun Saya pribadi tidak dapat berkata-kata lagi, karena grogi dan kagum dengan kewibawaan serta kesederhanaan Beliau.

Mba Ning lalu melanjutkan percakapan dengan menanyakan harapan Bapak Uskup kepada para calon katekis, khususnya Mahasiswa Ilmu Pendidikan Teologi Atma Jaya Jakarta. Dengan suara tegas namun lembut, Beliau mengatakan, “Harapan dari para calon katekis sebenarnya sudah diketahui para calon katekis itu sendiri, bahwa yang terpenting adalah para calon katekis mau mengabdikan diri bagi Tuhan”.

Beliau juga berpesan, “Kita (Beliau dan juga para calon katekis) adalah bagian Gereja yang harus hidup dalam kesucian dan kemurnian iman. Bagaimanapun juga kita semua hidup dalam Roh yang sama, yaitu Roh Kudus”.

Para katekis harus selalu berpatokan pada iman para rasul pada saat Pentakosta. Para rasul dapat menarik banyak orang untuk mengikuti Yesus, bukan karena khotbah mereka yang hebat, melainkan karena Roh Kudus sendiri yang menghidupkan semangat mereka.” lanjut Beliau.

Beliau juga menegaskan, ”Bahwa Tugas para katekis adalah membawa umat kepada Tuhan”.

“Apa yang diwartakan Gereja itu adalah sesuatu yang tidak terumuskan, tetapi para katekis bertugas untuk memberitahukan hal-hal yang tak terumuskan itu kepada orang lain dalam bentuk rumusan-rumusan.”

Tiba-tiba Maya bertanya kepada Bapak Uskup. "Menurut Romo, apakah yang harus kita lakukan dan wartakan terhadap para umat yang sudah terkontaminasi dalam era globalisasi ini?" ucap maya perlahan. Bapak Uskup menanyakan kembali pertanyaan Maya tentang "terkontaminasi" tadi, seakan hendak memperjelas suara domba-dombanya yang haus akan air kehidupan.

"Biarkan mereka (umat) yang terkontaminasi itu hening sebentar. Biarkan mereka masuk ke kedalaman hatinya dan menerima kuasa dari Roh Kudus yang berbicara di dalam hatinya. Sebentar itu bisa berarti satu hari, bisa juga berarti beberapa waktu, hingga mereka benar-benar menyadari bahwa Tuhan yang berkata di dalam hati mereka" jawab sosok Kardinal yang ramah dan sederhana.

Bapak Uskup juga mengingatkan kami pada perintah Yesus yang berbunyi “Bila ada dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, maka Aku hadir di tengah-tengah mereka”. Beliau mengatakan bahwa, ”Perintah Yesus ini memiliki kuasa. Oleh karena itu, kita dapat selalu menggunakan kuasa ini. Setiap kali kita memulai suatu acara, mulailah dengan doa, minta Roh Kudus untuk hadir pada saat itu”.

Bapak Uskup juga bercerita tentang St.Thomas, yang peringatannya diadakan pada tanggal 3 Juli yang lalu. Beliau mengatakan, “Kita selalu menjadikan St.Thomas sebagai contoh orang tidak beriman. Tapi kita sepertinya lupa untuk melihat hal itu dari sisi yang lain. Pengakuan St.Thomas, “Ya Tuhan dan Allahku” sebenarnya merupakan rangkuman dari seluruh iman kepercayaannya kepada Tuhan.

Tak salah memang apabila Tuhan memilih Beliau-Uskup Jakarta untuk Saya kagumi. Dengan kesederhanaan yang menjemput pengalaman hati. Perkataan Beliau yang penuh kuasa Tuhan, dapat membelah hati Saya untuk 'ngedunk' kata-kata yang di sampaikan.

"Ngerti banget sih Beliau ini soal hati gue, ngga salah Tuhan memilih Beliau untuk gue kagumi. Coba aja setiap umat mau mendengarkan setiap homili dari Pastur Paroki masing-masing dan membuka pintu hati mereka, lepas dari segala macam urusan duniawi. Pasti (Iya dan Amin) kuasa Roh Tuhan melegakan hati umat sekalian dan menerima kesatuan dengan Tuhan dalam hidup kesehariannya" gerutu saya di dalam hati. IMANUEL

Rabu, 29 Oktober 2008

EPISTULA_Cerpen2

Calon St. Yusuf Era Globalisasi

”Hallo... Eki?. Ki, kami ingin bertemu kamu, kalau bisa secepatnya kamu datang ke rumah Redi, penting sekali!!!, kami tunggu ya!” minta Steka via telepon. Tanpa bertanya-tanya lagi, Eki langsung meluncur dengan sepeda motor bututnya ke rumah Redi. Eki ditunggu dengan sejuta harapan oleh sahabat-sahabat mudikanya.

”Begini loh...Ki, kami memerlukanmu untuk memecahkan persoalan kami. Kami tahu pasti kamu dapat menolong. Tapi, itu jika kamu berkenan” ujar Redi yang lebih dewasa saat itu.

”Lantas apa yang harus kulakukan?”, tanya Eki dengan spontan. ”Bagaimana... menjelaskannya ya?” pikir Redi sejenak. ”Ayo katakan saja, jangan buat aku jadi penasaran” tegas Eki.

”Ohya Ki...., kamu tahu kan Puspa?. Dia sekarang sedang hamil lima bulan. Dan Puspa saat ini belum menerima pemberkatan sakramen pernikahan. Kamu juga tahu kan kalau pacarnya itu belum meyakini agama kita?” ungkap Redi. ”Puspa yang aktif ikut mudika itu?” ceplos Eki. ”Iya” jawab Redi dan Stika bersamaan.

”Duh... apa yang aku harus perbuat dalam hal ini?, sedangkan aku belum berpengalaman, umurku saja baru setinggi pohon jagung” linglung Eki sambil meminum secangkir air putih.

”Kami tadi telah berembuk sebelum kamu datang, kami berharap kamu dapat menjadi penolong bagi Puspa. Siapa tahu kamu mau menolong bayi yang sedang dikandung Puspa. Dan kami berharap ada seorang yang mau menjadi seperti teladan Bapak Yusuf, apalagi di era globalisasi ini” ujar Redi.

”Kenapa tidak kan?!, jika ada seorang pria, yang mau menjadi seperti Bapak Yusuf 2000 tahun yang lalu” celetuk Stika. ”Ah... yang benar saja kalian, masa mau menjerumuskan aku sebagai Bapak Yusuf zaman global warming” canda Eki memberi tanggapan.

”Haha…haha...ha..” semua tertawa sambil menikmati kue kering diruang tamu, yang sedikit terang itu.

Dengan sedikit serius Eki berkata, ”Apakah kalian berpikir, bahwa menjadi seperti Bapak Yusuf itu ternyata tidaklah mudah. Di era sebelum Masehi, memang tidak ada yang mengira Bapak Yusuf menjadi Ayah bagi Yesus Kristus dan menjadi suami bagi Ibu Maria. Apalagi anak yang dikandung Bunda Maria bukan dari hasil hubungan suami-istri melainkan dari Roh Kudus. Namun dalam hal ini, berbeda dengan Puspa yang hamil akibat 'sex before marriage’, melakukan hubungan suami-istri sebelum pemberkatan pernikahan. Dan kalian sekarang mau menjadikan aku pengganti Bapak Yusuf?. Kalian itu sama saja menjadikan aku seperti telur diujung tanduk” ungkap Eki sedikit tidak mengenakan.

”Kami minta maaf Ki, kami tidak berpikir sejauh itu. Kami hanya berpikir ada yang mau menolong keselamatan bayi yang sedang dikandung Puspa.” ujar Steka menenangkan Eki. ”Kan sudah jelas, apalagi yang mau dipikirkan, bukankah yang berbuat itu harus bertanggung jawab?” sahut Eki sedikit menenang. ”Iya memang benar Ki, tapi kamu belum tahu kalau bayi yang dikandung Puspa itu telah menerima obat-obatan keras untuk digugurkan oleh Arbiso, kekasihnya yang melepas tanggung jawab itu. Bagi Gereja, hal itu kan dosa yang sangat berat dan perbuatan pencobaan arbosi itu dilarang keras” tegas Redi dengan penuh kebijaksanaan.

Malam yang dingin saat itu ikut merasakan pembicaraan yang lebih dari tiga jam. Canda-tawa, serius-memanas, menghampiri setiap kali pembicaraan. Hanya beberapa kali bisa tertawa terbahak-bahak. Eki dan Steka pun pamit dari kediaman Redi.

Dalam perjalan pulang Eki memikirkan hasil pembincangannya dengan sahabat-sahabatnya. Eki tidak menyangka, pembicaraan malam itu menjadi gangguan dalam pikirannya hingga menjelang tidur.

Sejak malam itu pula Eki selalu berkontemplasi, mencari kehendak Tuhan selama 14 hari tanpa henti. ”Dapatkah aku menjadi seperti teladan Bapak Yusuf ?. Kenapa aku harus menghadapi semua ini?. Akukah yang harus menyelesaikan pergumulan ini?. Apa yang harus aku perbuat dalam pergumulan ini?” tanya Eki setiap doa malam.

Sementara Eki terus bergelut dengan pencobaannya, pada malam yang ketiga Eki berdoa dengan lebih kusuk dihadapan altar kecil yang berada di sudut kamarnya. Di depan patung Bunda Maria dan patung Tuhan Yesus serta ditemani cahaya lilin, Eki berkeluh kesah dengan pergumulannya. ”Ya Bunda, engkau adalah Ibu bagi Yesus Tuhanku, aku tahu engkau adalah istri bapak Yusuf. Aku sekarang sedang linglung mencari jawaban atas pergumulan ini. Aku mau mencari jawaban yang seperti engkau Bunda, bukan kehendakku yang terjadi melainkan kehendak Bapa yang terjadi” doa Eki yang hingga meneteskan air mata.

Malam-malam berikutnya adalah hari yang ketujuh bagi Eki. Ketika malam itu Eki berdoa, melintas dengan indah dalam bayang-bayang keheningan, kenangan masa lalu Eki bersama Puspa. Saat Eki mengejar asa cinta dari Puspa yang adalah teman seangkatannya waktu duduk di bangku SMP. Eki juga teringat akan uang koin yang selalu dikumpulkannya setiap minggu. Uang koin itu digunakan hanya untuk menelepon Puspa di malam minggu sepulang Gereja.

Pada hari kesembilan, Eki makin risih karena doa-doanya tak kunjung terjawab. Suara hatinya terganggu oleh berbagai macam jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Sangkin kawatirnya, Eki menderaskan lagi novena tiga kali Salam Maria untuk memperkuat barisan depan intensinya. Hari-hari berlalu sebelum hari pemberkatan Puspa dan Arbiso, terkadang Eki melamun di siang hari bolong. Sapaan terik matahari dibawah pohon rindang tak membuat Eki sadar akan Tuhan yang sedang menemani kesendiriannya.

Pagi berikutnya Eki terburu-buru pergi ke Kapel Jhon Baptis, meski tidak begitu jauh dari rumahnya. Eki ingin menyaksikan hari yang bersejarah bagi Puspa dan Arbiso. Sabtu 7 Juli 2008, merupakan hari pemberkatan bagi Puspa dan Arbiso yang menjadi mempelai yang sepadan. Arbiso telah menjadi katolik dan menjadi bagian dari keluarga katolik yang telah resmi menurut Kitab Hukum Kanonik, yang disahkan Gereja melalui Sakramen Pernikahan.

Disudut barisan depan, Eki menyaksikan kebahagian Puspa. Yang juga merupakan kado terbesar bagi Puspa dari Eki. Inilah jawaban akhir dari pergumulan dan kecemasan Eki yang berlarut hingga berhari-hari. Meski sempat hati Eki mau memberontak saat acara berlangsung, namun Eki dapat menenangkan diri dan mengikhlaskan pernikahan Puspa.

Sejak saat itu Eki menyadari, pergumulannya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan pertolongan Tuhan indah pada waktu-Nya. Eki berharap agar dapat menemukan gadis yang sepadan, yang takut akan Tuhan dan seiman baginya. Yang saling mencintai serta tak terpisahkan oleh manusia, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, doa Eki dihadapan tarbenakel.

Jumat, 24 Oktober 2008

EPISTULA_Mantri1

Resep Hidup Rohani Yang Sehat

Kehidupan menuntut penyesuaian dalam segala hal, baik hidup beriman maupun keseharian. Sebagai manusia kita sering lemah, letih, lesu dan berbeban berat, sehingga kita memerlukan kesempurnaan dalam hidup, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi, jiwa, dan kekuatan serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Dengan anjuran dibawah ini, semoga kita senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Mengenai aturan dosisnya, bagi anak-anak usia 0-12 tahun setengah dari dosis orang muda, bagi orang muda sesuai dosis yang tertera, dan bagi orang dewasa dianjurkan melebihi dosis orang muda. PERHATIAN!!!, dosis ini tidak menimbulkan efek samping dan bukan suatu paksaan atau indoktrinisasi. Jika melaksanakannya dengan baik dan benar, maka Berkat dan Anugerah Tuhan tercurah bagi Anda. Imanuel.

Pertama, Refleksi dan Doa, minimal 30 menit (malam sebelum tidur dan sesudah bangun pagi). Para Imam, Biarawan – Biarawati selalu melakukan refleksi dan doa dalam kesehariannya. Kita yang manusia awam dapat hidup seperti mereka. Saat berdoa kita berefkleksi, dengan mengingat kembali semua pekerjaan atau kegiatan yang telah kita lakukan sejak bangun pagi hingga malam hari. Ketika bangun pagi, kita pun bedoa kepada Tuhan untuk merencanakan semua pekerjaan atau kegiatan yang akan dilaksanakan hari itu. Sebab jika Tuhan menghendaki kita akan hidup dan berbuat ini dan itu (lht. Yakobus 4:15)

Kedua, Nyanyaian Pujian Syukur, minimal 5 lagu (pagi dan malam). Setiap orang seringkali menghapali lagu-lagu terlaris di belantika musik, misalnya potong bebek angsa, ayat-ayat cinta, kemesraan, dsb. Mulai saat ini kita mulai menyanyikan lagu pujian dan syukur sebab Tuhan senantiasa penuh dengan Syukur dan Pujian (1 Tesalonika 5:18). Seandainya kita tidak bisa nyanyi (fals), kita bisa memutar lagu-lagu rohani dengan peralatan yang kita miliki (i-pod, kaset, CD-DVD, handphone,dll). Pasti dalam lubuk hati kita akan memaksa bibir kita untuk bernyanyi meski beberapa kata saja.

Ketiga, Membaca Kitab Suci, minimal 3 perikop, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Membaca kini menjadi budaya di Indonesia, agar rakyatnya tidak ada yang buta huruf di era Globalisasi nanti. Jika kita melupakan membaca Kitab Suci setiapa harinya. Maka Roh kita akan kosong melompong, dan bisa dimasuki tujuh roh jahat lainnya yang lebih jahat (Matius 12:43-45). Oleh karena itu, minimal kita membaca satu perikop dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Injil. Jadi bukan saja untuk menangkal tetapi mengisi ruangan dihati kita dan berkembangannya spiritualitas kita.

Keempat, Membaca Buku-buku Rohani dan lainnya, minimal 7 halaman, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam), seperti Katekismus, Iman Katolik atau buku-buku lainnya. Sebab kita tidak mau disebut Katolik KTP kan? Setidaknya pengetahuannya dapat berguna bagi iman kita dan bagi iman keluarga kita sendiri (lht. Roma 10:17).

Kelima, Menghafal dan Merenungkan, minimal 5 kata atau kalimat (setiap hari, sebaiknya dimulai pagi hari). Tak kenal maka tak sayang. Jika kita tidak mengenal atau mengingat apa yang kita yakini dalam agama kita, maka keruntuhan imanlah yang akan menimpa. Setiap orang yang merenungkan Sabda Tuhan siang dan malam, ia bagai pohon yang subur dan berbuah dengan baik (lht. Mazmur 1:3). Sabda-Nya membantu kita setiap saat.

Keenam, Melakukan Tindakan Nyata, minimal 3 hal berbuat baik dan benar, 3 x sehari (siang, sore, malam). Setiap hari tentu kita mengosok gigi, ke sekolah, dan bekerja. Namun, tindakan berbuat baik dan nyata pa yang kita lakukan hingga menjadi suatu kebiasaan? Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati (lht. Yakobus 2:17). Salah satu contoh tindakan nyatanya adalah memberi sedekah, memberi pakaian, memberi makanan-minuman, mengunjunggi orang sakit dan yang berada dalam penjara (lht. Matius 25:33-40). Jika kita menjadikannya suatu kebiasaan, maka janji Tuhan digenapi bagi hidup kita.

Ketujuh, Bersaksi dan Menjadi Teladan, minimal kepada 3 orang, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Bersaksi disini bukan untuk menjatuhkan orang lain atau fitnah. Melainkan menceritakan pengalaman diri kita sendiri saat kita di tolong Tuhan (lht. Lukas 24:44-49). Kesaksiannya berupa nilai-nilai iman Katolik, mukjizat, karya-karya serta penyertaan Tuhan. Inilah yang pokok diceritakan kepada orang lain. Sehinngga pribadi Tuhan terpancar dalam kehidupan kita, seperti kita meneladani hidup Yesus, Bunda Maria, dan Orang-orang Kudus.

Salam hormat.

TTD dan cap jempol,

‘Mantri’ Melki Pangaribuan.

EPISTULA_OMK1

Doa Rosario OMK 19 Oktober 2008

“ … sekarang dan waktu kami mati. Amin” demikianlah kalimat akhir doa Salam Maria yang didaraskan beberapa Orang Muda Katolik (OMK) di GUA MARIA PAMENTAS, Kapel Seroja. Doa Rosario yang dihadiri dari beberapa OMK wilayah paroki kita, St. Klara. Bekasi Utara, menandakan adanya semangat untuk mendaraskan doa Salam Maria secara bersama-sama. Dimanakah OMK wilayah yang lainnya?? Menutup dirikah karena tidak mengetahui doa Rosario?? Atau OMK tidak mendengarkan pengumuman saat Misa dan tidak melihat Pamflet yang ada di MaDing Kapel?.

Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas semangat kebersamaan untuk bersatu padu dalam doa, yang ditunjukan dari 25 OMK yang hadir. Doa Rosario dimulai pukul 16.15 WIB, saya sebagai koordinator kerohanian kepemudaan paroki Santa Klara memimpin doa sore itu. Beberapa OMK dengan spontan menyampaikan ujud-ujud pribadi, bahkan ada seorang perwakilan OMK yang sudah mempersiapkan doa dari teman-teman OMK wilayahnya, yang dituliskan pada selembar kertas. Alangkah baiknya jika setiap OMK hadir bersama-sama mendaraskan doa Rosario untuk paroki kita tercinta, apalagi di tempat tersebut. Sebab Tuhan akan mengabulkan doa kita, karena kita (OMK-red) berkumpul dalam Nama-Nya (bdk. Matius 18:20).

Minggu sore itu, sambil memegang untaian Rosario, yang berwarna kecoklatan, saya mengeluh pada hati yang lunak, “Tuhan, jika OMK saja tidak memiliki kesadaran untuk memulai kebersamaan dalam satu paroki. Bagaimana mungkin Gereja kami dapat dibangun? Mengapa masih ada ”kefanatikan” dengan wilayahnya sendiri? Sehingga tercipta paradigma umat paroki Santa Klara yang tidak ada kesatuan antar komunitas”.

Lanjut saya berbisik pada pikiran, “Masalah apakah yang OMK hadapi? Mengapa OMK tidak mengatakan permasalahannya?”. Padahal kami harus saling bertolong-bertolong menanggung beban (bdk. Galatia 5:2).

Kalau kita mengatakan GUA MARIA yang ada di Kapel Seroja sangat sederhana dibandingkan ditempat lain. Kapankah paroki kita menjadikannya besar dan megah? Seperti halnya LOUDRES, yang dahulunya hanyalah GUA MARIA yang kecil dan sederhana. Bunda Maria senantiasa menampakkan diri kepada para anak-anak yang beriman yang berdoa kepada-Nya. Kita percaya Maria adalah Bunda Allah (Konsili Efesus 431) dan Maria Ratu Rosario (Paus Gregorius XIII).

Tak terasa lima puluh lima untaian terpancar dari suara hati OMK kepada Pelataran-Nya. Kami yang hadir mengakhiri peristiwa Mulia dengan damai sukacita, pukul 16.50 WIB.

Oh ya…, hari Minggu, 26 Oktober 2008, Kepemudaan paroki ngadain lagi Doa Rosario OMK, pukul 16.00 WIB di GUA MARIA PAMENTAS SEROJA, Kapel Seroja. Datang ya kawan-kawan. Mari kita sehati sepikir di dalam Kasih dan Cinta Tuhan Yesus. Kami tunggu kehadiran OMK semua. IMANUEL.

Rabu, 22 Oktober 2008

EPISTULA_Perdana

Bagi manusia tidak mungkin memiliki hati yang bertelingga, tapi manusia bisa mengetahui dirinya ketika mendengar suara hatinya. Sama halnya telingga indrawi kita yang dapat mendengar; yang telah terucap keluar diakhir bibir mulut kita.

Tokoh besar katolik jakarta, Bapak Uskup KAJ, Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, dalam pertemuan terindah yang telah diberikan Tuhan untuk saya dan kedua rekan kuliah (lihat EPISTULA_Cerpen1).

Beliau memberikan jawaban sekaligus pesan kepada kami, melalui pertanyaan yang diajukan Maria Maya (teman satu angkatan),
"Menurut Romo, apakah yang harus kita lakukan dan wartakan terhadap para umat yang sudah 'terkontaminasi' dalam era globalisasi ini?".

Dengan kepemimpinan yang berwibawa dan sedernahana, Beliau mengatakan,
"
Biarkan mereka (umat) yang terkontaminasi itu hening sebentar. Biarkan mereka masuk ke kedalaman hatinya dan menerima kuasa dari Roh Kudus yang berbicara di dalam hatinya. Sebentar itu bisa berarti satu hari, bisa juga berarti beberapa waktu, hingga mereka benar-benar menyadari bahwa Tuhan yang berkata di dalam hati mereka".


Dari perkataan Beliau tersebut, saya mendapatkan insipirsi terbijaksana.
Bagi saya, Roh Kudus mencurahkan berbagai hal untuk kehidupan kita. Maka kita harus lebih peka, menyapa, dan berkata-kata dengan suara hati. Mengeluhlah pada hati yang Lunak; berdoa adalah waktu yang tepat. IMANUEL

"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus" Roma 8:26-27

Kamus Indonesia