Kalender Liturgi

Kamis, 24 Juni 2010

Refleksi Bulan Mei dan Juni...(bersambung1)

Refleksi Bulan Mei dan Juni...

Banyak Hal...
Ya Banyak Hal...
Apa saja hal-hal banyaknya?

"lembar demi lembar harus menyesuaikan dengan lembar kehidupan berikutnya."



I. Percintaan
II. Keluarga
III. Pekerjaan
IV. Kuliah
V. Nikah atau Imamat?

Pendahuluan

saya sebagai generasi muda harapan keluarga, bangsa dan agama, menyadari penuh keberadaan saya sebagai manusia lemah, dan berdosa.

saya merasakan, bahwa tanpa doa dan dukungan orang lain (langsung dan langsung) mungkin saya tidak semampu saat ini.

berikut saya paparkan lembar-lembar pokok yang saya hadapi sampai dengan dua bulan terakhir.

I. Percintaan
Ya,,, yang sekarang, yang ada di kepala ini, adalah ingatan bahwa
saya dapat melewati masa-masa percintaan dengan seorang wanita...
gadis yang kurang bijaksana, MRW dari OMK Clara.

MRW, setahun lalu,
31 Mei 2009, Dirinya, mengejutkanku dengan meinta putus hubungan pacaran...
awalnya saya tidak percaya; namun ekspresinya serius,
dirinya pula mengakhiri hubungan kami saat itu seperti anak-anak baru gede berpacaran..

saya memberinya kesempatan, namun toh... MRW tetap keras kepala...
Dia tidak mau mendengarkan penjelasanku, tidak mau memahami permintaanku,
bahkan menolak mentah-mentah diriku yang datang kerumahnya beberapa kali setelah dirinya minta putus.

saya tidak percaya akan sikap kekanakannya saat itu, dan setelah saat ini (2010) saya baru menyadari, bahwa saya bersyukur kepada Allah, karena dirinya, MRW, masih bersikap manja kekanakan-kanakan. Saya bersyukur kepada Bunda Maria, akhirnya kesempatan yang dulu sempat saya berikan kepada MRW, tidak digunakan dengan baik.

sekarang biarlah penyesalan, keikhlasan antara kita.
saya sudah pasrah akan percintaan di antara, meskipun kita seiman AKAN TETAPI kita memang belum berjodoh. Maaf dan hormat saya sebagai pangeran sejati.

selamat tinggal MRW. Semoga cita-cita dan impian hatimu menjadi sesuai seturut kehendak Yesus Kristus, sang Sahabat sejati.

II. Keluarga
III. Pekerjaan
IV. Kuliah
V. Nikah atau Imamat?

REFLECTIO_UAS KRSK

REFLECTIO

PROSES PEMBELAJARAN

KATAKESE SAKRAMEN KRISMA

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:6”


OLEH

MELKI PANGARIBUAN 2007-033-012


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN TEOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

JAKARTA 2010


I. Pendahuluan

Sebelumnya saya memberitahukan seluruh isi makalah refleksi ini. Sebenarnya saya masih sadar mengatakan bahwa saya sedang mengalami sakit, baik gangguan beban pikiran maupun beban psikologis. Akhir-akhir ini saya banyak pikiran, dari perihal keluarga, kuliah, percintaaan, pekerjaan dan sebagainya. Sebenarnya saya tidak mau mengerjakan tugas UAS ataupun tidak kuliah lagi karena saya lebih memilih menyelesaikan pekerjaan rumah saya. Yaitu masalah keluarga saya. Sebenarnya saya sudah bertemu Pak Beny, Dosen pendamping Akademik, yang mengatakan “cari akar permasalahnya, dan selesaikan dari dalam. Bukan dari luar! Nanti bisa jadi musuh dan tidak objektif.” Kira-kira perkataan Pak Beny itu sudah cukup menolong saya, namun saya juga merasa jadi tambah jadi beban bila saya, yang harus juga tetap kerjakan. Di satu sisi lain saya merasa harus menyelesaikan nasehat iman dan nasehat seorang mentor akademik saya.



Akan tetapi, godaan dan tantangan terus saya hadapi lagi. Jenuh rasanya bila bertubi-tubi harus merasakan kenyataan hidup. Ketika saya mencoba kembali kepada kesadaran intelektual dan spiritualitas Ignatian (pembedaan Roh), maka saya mendapat semangat dorongan Roh Kudus. Bahkan ketika saya berdoa, suara hati nurani saya mengatakan, sabbbbbbaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!!!!!!!!!!!! ya ampun Sobat.... berapa lama lagi ujian kesabaranMu ini, ada aja deh yang nguji diriku...semoga aku mendapat hadiah yang terbaik darimu karena aku berprsestasi akan kesabaran ini.... (*pusing mikiran keluarga; kerjaan; kuliahan; dsbnya).



"Semangat Melki; doa se...mua orang kepadamu!" kata seseorang kepadaku.(lihat status facebook saya, 16:29wib. http://melkipangaribuan.blogspot.com/2010/06/fb-senin-juni-2010.html). Saya meyakini itulah suara Tuhan Yesus Kristus dan kehendak Dialah semua tantangan dan cobaan ini.



Saya meminta maaf apabila refleksi perkuliahan ini sedikit bergeser ke hal-hal pribadi saya, bahkan di luar materi perkuliahan. Namun saya merasa inilah yang lebih urgensi, penting untuk Pak Iman ketahui. Saya yakin, nilai tak ada nilainya bila saya tidak lulus sesuai harapan Pak Iman atau Kurikulum. Akan tetapi, biarkan saya melewati semester ini dengan kebahagian bukan menjadi kebencian terhadap dosen atau prodi Teologi.



Oleh karena semua itu, ijinkan saya mengungkapkan refleksi saya dengan tidak sempurna dan mungkin omong kosong kemunafikan. Saya mencoba menyimpulkan isi makalah ini dengan merelevansi nilai-nilai kekatolikan yang saya peroleh selama ini dengan sebuah rumusan kata Berdoa Dalam Segala Sesuatu. (bdk. Paulus; Filipi 4:6).


Dengan berbagai ketidakmampuan saya di atas, ijinkan saya menyelesaikan tugas salib UAS ini dengan ketidaksempurnaan. Dalam kesempatan ini, saya sebagai mahasiswa Teologi semester VI, yang mengikuti perkuliahan Katekese Remaja Sakramen Krisma (KRSK) akan mendeskripsikan beberapa cerita pengalaman dalam sebuah refeksi iman dengan nilai-nilai kekatolikan. Meskipun tidak lengkap dan jelas namun saya sudah merasa terwakilkan dengan sebuah kata (term) atau beberapa kata yang tidak utuh…”hhhe J.” Saya berharap, semoga isi dari refleksi ini sekaligus mengungkapkan ketidakmunafikan saya sebagai seorang katolik yang kuliah di Ilmu Pendidikan Teologi Atma Jaya Jakarta.


II. Cerita dan Refleksi

1. Belajar Dalam Kelas

Saya selama mengikuti pembelajaran perkuliahan KRSK kurang lebih empat bulan ini dengan penuh semangat. Saya mendapat teman kelompok Yanuari, Suster Sari PI, Fany, Heni dan Thresia. Kami bertujuh praktek dan berkarya di paroki Paroki Santo Matias Rasul, Kosambi, Jakarta Barat. Bapak Cornelius Iman Sukmana, S.Pd. M. Hum,. Lic.Th. sebagai dosen perkuliahan sangat mendukung dan memotivasi kami selama perkuliahan. Pak Iman, sapaan akrab kami kepada beliau, bersedia hadir dalam pratek lapangan kami.


Saya cukup salut dan bangga terhadap dosen muda ini, saya mengidolakan beliau, dan memang cukup inspiratif. Saya kagum karena dosen ini sungguh mengabdikan diri sebagai dosen, saya tidak menyangka, bahwa meskipun sedang sakit (sakit mata kronis), beliau tetap bersedia menyediakan waktu mengoreksi dan memperbaiki silabus persiapan praktek kami. Bahkan dosen ini, membayari es buah campur untuk saya kala itu yang datang ke kawasan Benhil. Saya tadinya segan, namun ketika saya mengetahui langsung dengan kembali dari tukang es buah campur, saya menjadi kagum dan jiper (baca: hormat-segan).


Saya tidak menyangka, beberapa waktu kemudian, ketika besoknya selesai praktek di Kosambi. Ternyata Mr. Iman, sapaan saya mulai sekarang, membuktikan kembali kebaikan hatinya dengan mentraktir kelompok kami. “Hebat dan Mantap deh!” dalam hatinya saya kala itu.


Saya tidak menyangka karya Tuhan Yesus sejauh ini, di mana saya sebagai mahasiswa yang dari keluarga miskin, pas-pasan, malah ditraktir Tuhan melalui makan siang bersama teman-teman kelompok ( + Paulus dari Jurusan Inggris). Sesungguhnya inilah kelebihan dosen Teologi dengan dosen lain yang kata beberapa orang,”boro-boro(jarang-jarang) dosen menguntil atau care kepada mahasiswa yang praktek lapangan.”


Waktu ke waktu membawa keakraban di antara kelompok kami dan antara dosen dan mahasiswa ini, saya menyukai gaya belajar ini. Hidup dalam kekeluargaan. Dan saya sadar sekarang setelah merefleksikan semua ini.


2. Belajar Sambil Bekerja: “Berdoa Dalam Segala Sesuatu”

Bila saya boleh jujur, ketika saya mengerjakan tugas ini, ada banyak hal indah bersama Yesus Kristus, Sahabat Sejati Hati saya. Yesus memberikan saya karunia untuk memahami banyak hal, sejak UAS Psikologi Pendidikan di FKIP. Saya bersemangat dalam iman untuk membantu Mr. Iman memberikan teks soal, sementara yang lain hanya mengatakan saya sedang puber atau caper (baca: Cari perhatian).


Saya terus berdoa dalam iman dan harapan kepada Kristus, ketika selesai kuliah dan segera menegerjakan tugas kuliah ini.


Saya semakin menyadari ayat ini,“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:6.” Ayat inilah yang menyapa saya untuk terus berkembang dalam iman dan harapan. Saya menjadi tidak kawatir. Saya semakin menyatakan segala sesuatu kepada Allah. Saya jadi bersyukur dengan berbagai macam hal termasuk dengan menulis paper ini.


Ohia… maaf Mr. Iman, waktu saya sudah hampir telat untuk mengumpulkan Paper. Maka saya bersedia di wawancarai via telepon atau menghadap Mr Iman segera. Atau tahun depan juga tidak apa-apa mengikuti perkuliahan Mr. Iman dalam mata kuliah KRSK. Sampai jumpa Mr. Iman di lain kesempatan. Tuhan memberkatimu sebagai dosen, sebagai sahabat, sebagai idola saya, dan sebagai keluarga saya dalam iman akan Yesus Kristus. Gloria Deo.


NB: Hubungi saya bila Pak Iman mau ujian lisan dengan saya. SMS ke 085710370807. Best Regards, Melki Pangaribuan.


III. Penutup

IV. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

Sebagai mahasiswa harus terus belajar dalam segala hal. Sebagai mahasiswa Teologi harus selalu menyatakan segala sesuatu keperluan akan ilmu pendidikan Teologi maupun keperluan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dengan harapan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.


2. Saran

Adapun saran dari refleksi saya adalah sebagai point-point berikut:

A. Berdoalah dalam segala hal keperluan kita kepada Allah melalui Yesus Kristus.

B. Percayalah kepada Tuhan karena Waktu Tuhan indah pada waktunya.

C. Teruslah belajar dengan tekun, karena sebagai mahasiswa Teologi harus siap sedia mengahadapi dalam suka dan duka setiap mata perkuliahan.

D. Ber-Terima Kasihlah kepada Tuhan dan Semua orang. Beritahukanlah sukacitamu kepada penjuru dunia, seperti yang saya lakukan untuk situs pribadi saya.


V. Lampiran

Pustaka

---Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: 2007;

---PANKAT KAS. Ikutilah Aku (Warta Gembira untuk Para Calon Baptis). Yogyakarta: Kanisius, 1986.

---KWI. Iman Katolik. Buku Informasi dan Referensi. Jakarta : Obor, 1996

---Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Iman Katolik-Buku Informasi dan Refrensi. Cet. Ke-7, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

---Soenarto SW, Aloysius,dkk. Katekese bagi Calon Krisma-Buku Peserta. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

---http://www.facebook.com/777melki?v=wall&story_fbid=1460803730467#!/777melki mengakses 16:29wib.

---http://melkipangaribuan.blogspot.com/2010/06/bina-iman-remajakosambi.html mengakses 16:53wib.

SCP Katekese Sakramen Krisma 2







PEMBELAJARAN KATEKESE SAKRAMEN KRISMA
ARTI KRISMA BAGI KITA
PAROKI SANTO MATIAS RASUL KOSAMBI

OLEH
MELKI PANGARIBUAN 2007-033-012
CHRISTINA THRESIA 2007-033-001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN TEOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA 2010


Katekese Persiapan Sakramen Krisma
Tema : Arti Krisma Bagi Kita
Tujuan :
1. Peserta diharapkan sungguh dapat memahami arti dan makna Sakramen Krisma.
2. Peserta dapat memahami arti dan makna Sakramen Krisma bagi penyerapan pemahaman dirinya sendiri.
3. Peserta dapat menyadari bahwa mereka dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dunia.
4. Peserta dapat mengungkapkan niat-niat untuk menjadi saksi Kristus lewat hal-hal konkret yang dapat mereka lakukan.

Peseta : Calon penerima Sakramen Krisma Remaja Santo Matias Rasul
Model : Katekese Umat
Tempat : Ged. Sekolah Santo Leo II
Hari/Tanggal : Minggu, 2 Mei 2010
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB.
Metode : Bernyanyi, Diskusi, Tanya Jawab, Sharing, Informasi, Refleksi
Sarana : Teks Kitab Suci, Kertas karton, Gambar Sakramen Krisma
Sumber Bahan :
- Buku Pembina Calon Krisma, Paroki Santo Thomas Rasul 2003.
- Ernest Mariyanto. Persiapan Krisma Suci. Buku Pembina. Yogyakarta: Kanisius.
- Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Iman Katolik-Buku Informasi dan Refrensi. Cet. Ke-7, Kanisius-Yogyakarta, 2000.
- Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. Kitab Suci : Lukas 4:16-21. Jakarta: 2007.
- Matheus Beny Mite. Pemikiran dan Penghayatan Sakramen dalam Agama Katolik. 2007
Fasilitator : - Christiana Thresia ( 2007 – 033 – 001 )
                  - Melki Pangaribuan ( 2007 – 033 – 012 )


A. PEMIKIRAN DASAR
Menjadi saksi Kristus merupakan tugas dan tanggung jawab setiap umat Katolik. Setiap umat Katolik merupakan bagian dari kesatuan komunitas Gerejani dan masyarakat dunia. Seorang Katolik menerima Sakramen Baptis sebagai tanda masuk dalam Umat Allah. Sebagai anggota Umat Allah seseorang beriman berjanji ikut serta melaksanakan rencana penyelamatan Tuhan di tengah dunia. Untuk siap dan mantap dalam perutusannya itu, setiap umat yang telah dibaptis, dapat menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Krisma sebagai sakramen pelengkap Sakramen Inisiasi.

Dalam bahasa Indonesia Sakramen Krisma disebut Sakramen “Penguatan” dan “Krisma” (penguatan). Dua kata ini saling melengkapi, yaitu “menguatkan dengan mengurapi” atau “pengurapan untuk menguatkan.” Penguatan menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan (bdk. KGK 1289 dan 1316).

Dalam upacara resmi Gereja, Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup dalam lambang pengurapan dengan minyak di dahi, penumpangan tangan serta diikuti dengan perkataan (forma): “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus” atau rumusan yang lebih sederhana dari ritus Bisantin: “Terimalah tanda karunia Roh Kudus” (KGK 1320). Penerima Sakramen Krisma lalu mengatakan “Amin.”

Simbol minyak (sesuai dengan makna minyak dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat melicinkan, menghangatkan dari situasi dan kondisi dingin, mengawetkan, dan menyembuhkan). Minyak Suci sebagai lambang Roh Kudus. Minyak Suci melambangkan pengurapan Kristus (artinya yang diurapi) dengan Roh Kudus, yang dengan demikian pula menguduskan orang yang diurapi (calon penerima). Roh Kudus menyalurkan daya ilahi kepada orang untuk menyanggupkan “dia’ atau seseorang untuk mengemban tugas sakral tertentu.

Sementara itu, simbol Penumpangan Tangan (memaknai sebagai tindakan untuk memberikan ketenangan, berkat, dukungan dan kekuatan). Penumpangan Tangan ini merupakan tanda berkat, tanda pengudusan oleh Roh Allah, yang oleh karena daya hidup (ilahi) disalurkan kepada manusia (calon penerima).

Jadi, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah sebagai tanda ikut sertanya Allah dalam hidup manusia. Maka, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah pengasosiasian (proses, cara, perbuatan mengasosiasikan) secara religius sebagai peran serta Allah dalam mendampingi dan membimbing manusia, sehingga amanlah manusia dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan-Nya.

Di dalam kitab Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar perutusan keselamatanNya, Roh Tuhan akan tinggal di atas Mesias yang dinantikan (Yesaya 61:1-3). Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan datang: Dialah Mesias, Putera Allah. Karena Yesus dikandung melalui Roh Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam persekutuan sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepadaNya dengan “tidak terbatas“ (Yohanes 3:34). Oleh karena rahmat Roh Kudus ini, kehadiran Yesus dan karya-karya semakin nyata di dunia. Yesus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan bagi orang tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Jadi, Yesus datang untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan menguatkan hidup dan jiwa manusia. Dia menjadi Penyelamat bagi semua orang khususnya yang miskin dan menderita. Inilah kehendak Tuhan bagi Yesus (Lukas 4:16-21).

Yesus berulang kali menjanjikan curahan Roh Kudus dan memenuhi janjiNya itu pada hari Paska (Yohanes 20:22) dan Pentekosta (Kis 2:1-4). Setelah Para Rasul menerima Roh Kudus, mereka mulai mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakkan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan (Kis 8:15-17). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahamat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae consortium naturae”) KGK 1287-1288)).

Oleh karena Sakramen Krisma adalah tanda dan simbol yang meneguhkan, menguatkan kembali iman seseorang oleh dari Roh Kudus. Maka Roh Kudus mengobarkan semangat yang ada dalam diri manusia dengan harapan menjadi dewasa dalam iman, terlibat aktif dalam kegiatan Gereja dan menjadi saksi Kristus. Jadi sakramen ini layak diterimakan bagi setiap anggota Gerejanya, termasuk remaja. Remaja adalah bagian anggota Gereja dan masyarakat dunia. Remaja menumbuhkan dan mengembangkan dirinya dan sekaligus memiliki tugas dan tanggung jawab juga dalam masyarakat. Remaja yang menerima Sakramen Krisma memiliki tugas pokok untuk menjadi terang dan garam dunia. Karunia Roh dan rahmat Allah melengkapi pendewasaan diri remaja dalam kehidupan kesehariannya.

Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk meneruskan karya Tuhan di dunia ini, yaitu seperti: mewartakan Kerajaan Allah, memperhatikan orang miskin dan menderita, menjadi satu tubuh, Tubuh Kristus yang meneruskan karya-Nya, menjadi garam dan terang dunia, menjadi pembawa damai, persatuan, membangun persaudaraan sejati, menjadi aktif di lingkungan, kelompok basis, dll.

Oleh karena itu, melalui pembelajaran katekese Sakramen Krisma kali ini peserta diharapkan sungguh dapat memahami arti dan makna Sakramen Krisma. Peserta dapat memahami arti dan makna Sakramen Krisma bagi penyerapan pemahaman dirinya sendiri. Peserta dapat menyadari bahwa mereka dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dunia. Peserta dapat mengungkapkan niat-niat untuk menjadi saksi Kristus lewat hal-hal konkret yang dapat mereka lakukan.

B. PROSES KATEKESE UMAT
Pembukaan (15 menit)
  1. Pengantar
Selamat pagi teman-teman yang terkasih, apa kabar semuanya pada pagi hari ini? Sebelum kita memulai pertemuan kita, marilah kita bernyanyi “Jadilah Saksi Kristus.” Marilah semua bangkit berdiri dan kita menyanyikan lagu dengan penuh semangat dan kegembiraan.

  1. Lagu Pembukaan : Jadilah Saksi Kristus ( Terlampir )
(Peserta diminta berdiri dan bernyanyi bersama)

  1. Doa Pembukaan
(Fasilitator meminta seorang peseta memimpin doa secara spontan)

Langkah I : Arti dan Makna Sakramen Krisma (30 menit)
(Memahami Materia dan Forma dalam Sakramen Krisma)
a. Pengantar
Untuk menyampaikan suatu maksud, orang tidak selalu menggunakan kata-kata atau rumusan verbal. Orang dapat menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang sebagai ungkapan lainnya. Begitu juga Gereja dalam pemberian Sakramen Krisma memakai simbol-simbol yang sudah digunakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kita akan sama-sama belajar arti Sakramen Krisma dan untuk apa Sakramen Krisma diberikan kepada kita, pengikut Kristus.

  1. Pendamping mengajak peserta untuk melihat gambar “Penerimaan Sakramen Krisma”
(Gambar dari buku pembinaan calon Krisma hal. 63 ( Terlampir )).

  1. Pendamping mengajak peserta untuk menggali berita dan gambar tersebut dengan beberapa pertanyaan diskusi.
    1. Apa arti Sakramen Krisma?
    2. Simbol apa saja yang digunakan dalam Sakramen Krisma?
    3. Apa arti simbol (materia dan forma) yang dipakai dalam Sakramen Krisma?
  1. Rangkuman atas jawaban diskusi peserta (Pendamping mencatat jawaban peserta).

  1. Pendamping dapat memberi penegasan sebagai berikut:
1). Dalam bahasa Indonesia Sakramen Krisma disebut Sakramen “Penguatan” dan “Krisma” (penguatan). Dua kata ini saling melengkapi, yaitu “menguatkan dengan mengurapi” atau “pengurapan untuk menguatkan.” Penguatan menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan (bdk. KGK 1289 dan 1316).

2). Dalam upacara resmi Gereja, Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup dalam lambang pengurapan dengan minyak di dahi, penumpangan tangan serta diikuti dengan perkataan (forma): “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus” atau rumusan yang lebih sederhana dari ritus Bisantin: “Terimalah tanda karunia Roh Kudus” (KGK 1320). Penerima Sakramen Krisma lalu mengatakan “Amin.”

Simbol minyak (sesuai dengan makna minyak dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat melicinkan, menghangatkan dari situasi dan kondisi dingin, mengawetkan, dan menyembuhkan). Minyak Suci sebagai lambang Roh Kudus. Minyak Suci melambangkan pengurapan Kristus (artinya yang diurapi) dengan Roh Kudus, yang dengan demikian pula menguduskan orang yang diurapi (calon penerima). Roh Kudus menyalurkan daya ilahi kepada orang untuk menyanggupkan “dia’ atau seseorang untuk mengemban tugas sakral tertentu. Sementara itu, simbol Penumpangan Tangan (memaknai sebagai tindakan untuk memberikan ketenangan, berkat, dukungan dan kekuatan). Penumpangan Tangan ini merupakan tanda berkat, tanda pengudusan oleh Roh Allah, yang oleh karena daya hidup (ilahi) disalurkan kepada manusia (calon penerima).

3). Jadi, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah sebagai tanda ikut sertanya Allah dalam hidup manusia. Maka, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah pengasosiasian (proses, cara, perbuatan mengasosiasikan) secara religius sebagai peran serta Allah dalam mendampingi dan membimbing manusia, sehingga amanlah manusia dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan-Nya.
Langkah II: Kehendak Allah dari PuterNya (30 menit)
a. Pengantar
Teman-teman marilah sekarang kita melihat apa yang sebenarnya diharapkan Allah Bapa dari Putera-Nya yang telah dinaungi Roh Kudus. Kita akan membaca Kitab Suci dari Injil Lukas 4:16-21. Yesus menerima urapan Roh Kudus dan diteguhkan dalam nas kitab Nabi Yesaya.
b. Pendamping mengajak peserta untuk membaca teks Kitab Suci.
Lukas 4 : 16-21
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

c. Pendamping mengajak peserta untuk mendalami teks Kitab Suci, dengan beberapa pertanyaan berikut:
1) Ayat mana yang berkesan bagi kamu? Mengapa?
2) Apa yang diharapkan Allah Bapa dari Putera-Nya yang dipenuhi oleh Roh Tuhan itu?

d. Rangkuman atas jawaban diskusi peserta (Pendamping mencatat jawaban peserta).

e. Pendamping dapat memberi penegasan sebagai berikut:
Di dalam kitab Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar perutusan keselamatanNya, Roh Tuhan akan tinggal di atas Mesias yang dinantikan (Yesaya 61:1-3). Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan datang: Dialah Mesias, Putera Allah. Karena Yesus dikandung melalui Roh Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam persekutuan sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepadaNya dengan “tidak terbatas“ (Yohanes 3:34). Oleh karena rahmat Roh Kudus ini, kehadiran Yesus dan karya-karya semakin nyata di dunia. Yesus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan bagi orang tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Jadi, Yesus datang untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan menguatkan hidup dan jiwa manusia. Dia menjadi Penyelamat bagi semua orang khususnya yang miskin dan menderita. Inilah kehendak Tuhan bagi Yesus (Lukas 4:16-21).

Yesus berulang kali menjanjikan curahan Roh Kudus dan memenuhi janjiNya itu pada hari Paska (Yohanes 20:22) dan Pentekosta (Kis 2:1-4). Setelah Para Rasul menerima Roh Kudus, mereka mulai mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakkan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan (Kis 8:15-17). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahamat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae consortium naturae”) KGK 1287-1288)).

IV. Langkah III : Arti dan Makna Sakramen Krisma bagi Kita (30 menit)
a. Pengantar
Teman-teman, setelah kita melihat bagaimana arti Roh Kudus dalam diri Yesus, dan bagaimana kehendak Allah dalam diri Yesus yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Maka sekarang kita mau mendalami arti dan makna Sakramen Krisma bagi diri kita sendiri, dan apa yang diharapkan Tuhan dari kita sesudah kita menerima Sakramen Krisma. Oleh karena teman-teaman akan diberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab, lalu akan disharingkan dalam kelompok diskusi.

b. Pendamping mengajak peserta untuk merenungkan pertanyaan berikut dan bersharing
dalam kelompok:
1. Apa arti dan makna Sakramen Krisma bagiku yang akan kuterima nanti?
2. Apa yang diharapkan Tuhan dariku dan sesudah aku menerima Sakramen Krisma?

  1. Pendamping dapat memberi pengarahan sebagai berikut:
Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk meneruskan karya Tuhan di dunia ini, yaitu seperti:
Ø mewartakan Kerajaan Allah
Ø Memperhatikan orang miskin dan menderita
Ø Menjadi satu tubuh, Tubuh Kristus yang meneruskan karya-Nya
Ø Menjadi garam dan terang dunia
Ø Menjadi pembawa damai, persatuan
Ø Membnagun persaudaraan sejati
Ø Menjadi aktif di lingkungan, kelompok basis, dll.

  1. Pendamping mengajak peserta untuk membuat niat-niat untuk menjadi saksi Kristus.
(Di dalam sebuah kertas katron yang telah disiapkan oleh pendamping)
1) Hal-hal konkret apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menjadi saksi Kristus?
2) Pilihlah salah satu dari sembilan buah Roh yang akan kujalankan dan dasar hidupku!
3) Buatlah niat-niatmu itu kepada Tuhan sebagai ungkapan diri kamu yang bersedia menjadi saksi Kristus, yang oleh Roh Kudus digerakkan dalam karya penyelamatan Allah di dunia ini.

V. Penutup ( 15 menit )
a. Pengantar
Teman-teman yang terkasih, marilah kita menutup pertemuan kita ini dengan memohon doa kepada Allah dengan bersama-sama.

b. Doa penutup
Doa Penutup dipimpin oleh pendamping: “Mohon Tujuh Karunia Roh Kudus” ( Terlampir )

LEMBAR PENGESAHAN
Jakarta, 2 Mei 2010
Praktikan,
Christiana Thresia Melki Pngaribuan
2007 – 033 – 001 2007 – 033 – 012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 
C. Iman Sukmana, S.Pd. M.Hum. Lic. Th. 
Ketua seksi Katekese
Cosmas A. Radjali Zebua
Mengetahui,
Kepala Paroki
Gereja Santo Matias Rasul
Pastor Aloysius Susilo, Pr.

Kamus Indonesia