PROSES PERJUANGAN SEORANG KATEKIS bagian 1
Thank’s to …. (I)
Bermodal wejangan kuat dari OMA DC tersayang. Aku pun mengarah pada kata KATEKIS. “Ko … jadimi KATEKIS, enak bodo. Seperti Bapaknya Rino atau Bapak Kani yang mengajari agama.. Anak-anak Oma tidak ada yang mau, waktu itu Oma tawarkan Om Epang tapi tidak mau” pesan Oma dengan logad Ambon bercampur logad Muna.
Sebelum aku menerima ijasah kelulusan SMU, aku selalu teringat perkataan Omaku itu, “… jadimi Katekis seperti Bapaknya Rino … ”. Kalimat tersebut mengarahkan pada satu hal, apakah arti kata KATEKIS itu. Karena sangkin penasarannya kemudian aku membuka kamus bahasa Indonesia. Sesuai urutan abjadnya, kutemukan kata Katekis itu dan beberapa istilah kata lainnya yang berdekatan. Namun aku makin tambah penasaran untuk menjadi KATEKIS. Aku pun mendatangi Bapaknya Rino (Bpk. Higinus) yang tak jauh dari rumahku.
Beberapa kalimat terlontar mengandung makna, tanya, juga harapan dari bibir manisku. Satu titik puncak perbincanganku dengan beliau. Beliau telah mengatifkan sel otakku yang baru. Cakrawala berpikirku kurasakan berbeda. Sore itu kutemukan jawaban meski tidak sepenuhnya. Aku mengerti satu hal, Roh Kudus telah membuka cara berpikirku yang baru dan menyemangatiku untuk lebih mendalami lagi tentang Katekis.
Aku melanjutkan pencariaan tentang KATEKIS itu. Aku mendatangi Pastur Dony, Pr. Beliau salah satu ‘orang yang dipercayakan’ mengembangkan spitualitasku di kota Raha. Aku mencari jawabanku dan beliau mengarahkanku untuk mencari sekolah KATEKIS di Tanah Jawa.
Aku merasakan semakin dekat dengan kata KATEKIS itu, ada doa, dukungan, dan berkat peneguhan dari Pastur Dony, Pr. Sementara Oma DC selalu mengarahkanku pada kata Katekis dan KATEKIS, bahkan benakku menyimpan baik-baik kata “KATEKIS”.
Aku meninggalkan kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Juli 2006. Thank’s LORD to Oma Dc yang mengarahkanku pada kata “KATEKIS”, thanks to Bapak Higinus yang membantu membuka cara berpikirku lebih jauh. Thank’s to Pastur Dony, Pr sebagai pembimbing spiritualku dan Mudika Paroki St. Yohanes Pemandi Raha, dan thak’s to All (orang-orang yang akan kutuliskan ”jika ingat” satu persatu dalam kisah hidupku. Tapi tunggu saja ya dengan sabar). I miss in AmbonCamp, I miss Raha City. IMANUEL
mel, sesuatu itu akan menjadi sesuatu jika kita mau megubah sesuatu itu menjadi sesuatu yang sebenarnya. gw rasa sesuatu itu cepat akan lambat akan menghampiri loe. sesuatu yang pernah melintasi alam pikiran loe dan bahkan dibawah alam sadar yang loe miliki. semakin diacuhkan "sesuatu itu", ia semakin berlari menjemput sang tamu yang ditunggu-tunggunya.
BalasHapusgw bangga dengan diri loe yang sekarang. melki yang dulu tidak tampak lagi dan entah kemanakah ia pergi. gw ga akan memanggil melki yang dulu sebab melki yang sekarang adalah melki yang kita tunggu-tunggu. yang sekarang mesti dilakukan adalah ibarat seorang tuan rumah sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut tamu yang ditunggu-tunggu itu. mari kita pikirkan tamu yang kita tunggu-tunggu itu... dan tak usah dipikirkan dalam sebuah pemikiran-pemikiran yang berdenyut oleh akal saja tetapi di pikirkan oleh hati. karena pikiran yang dipikirkan oleh hati adalah kunci jawaban dari sebuah bahkan semua pemikiran itu.