PROSES DALAM PERJUANGAN KATEKIS bagian 2
Thank’s to …. (I)
Dengan tegar dan gagah kulambaikan tangan kananku kepada Oma, Om, Tante, adik Vip, Ebet, Glory, dan orang-orang yang mengantarku hingga dermaga kapal cepat, KM SIGORI. Keberangkatanku menuju Tanah Jawa menggunakan tiket Gratis dari Opaku - Simon Toehatoe, seorang pensiunan kapten Laut. Aku dibelikan tiket kapal cepat dan kapal Pelni. Aku sangat bersyukur dan senang sekali kepada Tuhan Yesus. Tuhan memberikanku segala sesuatu yang aku butuhkan, meski aku tidak meminta kepada-Nya.
Perjalananku bersama dengan Opa Simon, Oma Olda, Tante Ita, Tante Morin, Tante Ria, Om Boy, adik-adik sepupu anak Om dan Tante diatas, serta Bapak Yahya (ternyata seorang Pendeta). Banyak hal yang kudapatkan diatas kapal. Kisahnya nanti kutuliskan sendiri deh. Tunggu aja ya.
Sesampai di Tanjung Priuk, aku dijemput Mama. Perubahan berpikirku makin meningkat, karena sudah lama tidak melihat rumah (yang dipinjamkan gratis kepada kelurgaku), di jalan Merpati V/13, Bekasi Utara. Rumahnya sudah direnovasi lebih cantik dan luas. Aku menyadari bahwa ini semua Anugerah Tuhan yang LUAR BIASA. Kata LUAR BIASA sering terucap hingga ratusan kali, bahkan Agnes, adik kandungku mengugatnya. “Abang, luar biasa melulu. Coba ganti napah jadi Puji Tuhan” celoteh Agnes. Akhirnya aku pun mengantinya jadi “PUJI TUHAN!!!” setiap ada hal baru yang kudapati.
Pada hari Jumat I, bulan Agustus 2008 ada Misa Sakramen Maha Kudus di Kapel Seroja – Bekasi Utara. Setelah misa selesai aku menemui Pastur Raymondus Simanjorang OFMCap untuk menanyakan tentang Katekis itu. Ini karena mama waktu itu memberi tahuku, “coba kamu tanya Pastur Raymon. Mungkin ada jalan bagimu mel.” Pastur Ray hanya menerangkan berkata singkat dan padat. Dengan kewibawaan dan logad bataknya beliau mengatakan,”nanti ya mel … saya coba cari tahukan tempat sekolahnya.”
Penantianku tak terasa sudah sebulan, berbarengan dengan perpindahan gedung kapel Seroja ke wisma Pamentas. aku belum mendapatkan kabar yang pasti. Misa jumat pertama bulan September, aku menemui kembali Pastur Raymondus – Pastur Paroki Santa Klara. Dengan semangat yang membara aku pun bertanya, “Mo, bagaimana dengan sekolah untuk katekis itu?”. Romo Ray menjawab,”Mel, ada di Atma Jaya dan IPI malang. Namun kamu sudah terlambat mendaftar. Kamu sabar ya tahun depan saja.” Aku pun hanya menjawab,“iya dan thaks mo.” Wajah yang lunglai ku perhadapkan ke bawah lantai. Namun semangat hati tetap menguatkan,”… tahun depan aku pasti akan mendaftar.” Doaku dihadapan tabernakel.
Aku pun mulai melangkahkan kaki untuk mencoba melamar pekerjaan. Sambil menuggu tahun berikutnya. Banyak hal kujalankan: sebagai Sales MLM, mengikuti tes Tantama, tes Bintara, nongkrong sana-sini, dan ikut Mudika Yohanes Pemandi – Febuari 2007. Dalam harapan perasanku terus bergejolak, apakah permohonanku terkabulkan? Atau kepastian kepercayaan diriku saja yang semu dalam angan-angan doaku?.
Aku yakin satu hal dalam harapan, Tuhan tetap mengasihku dan menyertaiku. Imanuel.
“Dengan yang demikian tinggallah iman, dan pengharapan, dan kasih, ketiga perkara ini, tetapi di dalam ketiganya itu yang terlebih besar, ialah kasih.” (1 Korintus 13:13)