for everyone |
Pertemuan Imam Balita Keuskupan Purwokerto
Selasa-Rabu, 28-29 September 2010,
di Hening Griya, Purwokerto
Spiritualitas Komunikasi - Psikologi massa
Purwokerto, Selasa, 28 September 2010, di Rumah Retret Hening Griya, Baturraden diselenggarakan pertemuan imam, diosesan n religius, usia tahbisan bawah lima tahun dan beberapa rama pendamping antara lain Vikjen Rm. Tarcisius Puryatno, Pr. Saya diundang pada pertemuan ini untuk berbicara mengenai "Spiritualitas Komunikasi dan Psikologi Massa". Entahlah, mengapa saya diminta untuk berbicara tentang perkara itu.
Jam 17.15 dirayakan misa pembuka untuk mengalami sumber komunikasi yaitu komunio yang boleh kita terima setiap kali menerima komuni suci. Setelah misa diadakan pertemuan awal dengan perkenalan, dan berbagi pengalaman suka duka kehidupan dalam hidup imamat tahun-tahun pertama imamat antara satu sampai lima tahun. Pengalaman melakukan pelayanan sakramen-sakramen menjadi bahan pokok berbagi pengalaman tersebut. Hidup berkomunitas dengan rama-rama sepuh menjadi pengalaman unik untuk membangun komunitas pastores.
Dalam berelasi dengan umat sikap adil menjadi penting untuk kerjasama, namun lebih dari adil, sikap cintakasih menjadi kekuatan dalam mengembangkan Gereja sebagai komunitas umat beriman. Ajaran Gereja tentu menjadi pedoman pokok dalam melaksanakan reksa pastoral. Tantangan dihadapi dalam komunikasi dengan umat dengan bahasa yang komunikatif. Perlu mengupayakan inkulturasi agar pesan pokok kabar keselamatan bisa dipahami oleh umat, dan bagaimana mengenali dan mewartakan Kristus berwajah Asia, yang plural dalam budaya Asia dan Indonesia, khususnya Purwokerto.
Diceritakan pula upaya inkulturasi dalam penampilan wayang Wahyu, buah kolaborasi budaya dan iman, yang terinspirasi dari Kitab Suci, yang melibatkan para pemain, penabuh yang beragama Islam. Bagi saya upaya inkulturasi itu menjadi bagian dari strategi budaya untuk mengkomunikasikan kabar sukacita kepada segala makhluk.
Acara berbagi pengalaman usai, dilanjutkan dengan makan malam, pada jam 19.00. Demikianlah sekilas info yang disampaikan dari tempat kejadian peristiwa, Hening Griya, Baturraden, Purwokerto, pada jam 19.00, Selasa, 28 September 2010
Spiritualitas Komunikasi - Psikologi massa.
Dasar Spiritualitas Komunikasi
DEUS CARITAS EST, ALLAH ADALAH KASIH diolah secara sangat mengesankan dalam Ensiklik Paus Benedictus XVI, 25 Desember 2005. Kalimat-kalimat pertama Ensiklik itu berbunyi sbb.: ”Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh 4:16). Dalam kata-kata ini dari surat pertama Yohanes dinyatakan dengan amat jelas pusat iman kristiani, gambar kristiani tentang Allah dan juga gambar manusia yang timbul daripadanya serta jalannya. Selain itu dalam ayat yang sama Yohanes juga memberikan rumus hidup kristiani: ”Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (bdk. 4:16).
Dalam peristiwa kasih ada subyek-subyek yang terlibat, karena kasih adalah komunikasi. Ada subyek yang mengasihi, yaitu Allah. Ada subyek yang dikasihi, yaitu manusia. Dan ada kasih yang menjadi daya kekuatan terjadinya peristiwa kasih. Misteri kasih ilahi itu diwahyukan dalam pribadi Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia (bdk. Yoh 1; 14), satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia, yang sekaligus melaksanakan fungsi rangkap menjadi wakil Allah bagi manusia dan menjadi wakil manusia bagi Allah. Dalam peristiwa kasih ilahi itu terjadi komunikasi antar pribadi ilahi, Bapa mengasihi Putera, Putera mengasihi Bapa, dalam persekutuan kasih Roh Kudus. Allah yang triniter itu adalah persekutuan, “communio”.
Dalam “communio” tersebut - dengan istilah Bapa Suci -, “dinyatakan dengan amat jelas pusat iman kristiani, gambar kristiani tentang Allah dan juga gambar manusia yang timbul daripadanya serta jalannya.” Yang Ilahi menjadi manusia, dan dengan demikian manusia diilahikan oleh karena-Nya. Oleh daya Roh ilahi dalam manusia Yesus Kristus, Sang Putra, semua manusia, perempuan dan laki-laki, menjadi anak-anak Allah. Inilah pokok keselamatan, berita suka cita yang dari Allah bagi manusia, yang perlu diwartakan dari zaman ke zaman, agar manusia mengenal keselamatan sejati yang dari Allah.
Meng-komunikasi-kan Kasih
Peristiwa kasih itu dialami oleh manusia, yang karena telah mengalami terdorong untuk meng-komunikasi-kannya kepada orang lain, dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi komunikasi. Karena berasal dari manusia dan berada ditangan manusia, yang berakar dalam kekuatan rahmat namun sekaligus terikat pada kekuasaan dosa, sumbangan ilmu pengetahuan dan tehnologi komunikasi berefek ganda: membangun atau merusak kemanusiaan itu sendiri, mempersatukan atau menceraiberaikan manusia.
Dalam beberapa dekade terakhir ini kita bersyukur boleh menyaksikan buah-buah perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi komunikasi tersebut yang luar biasa menakjubkan. Ilmu pengetahuan dan tehonologi komunikasi telah mengantar kita masuk dalam budaya jari-jemari, digital culture, cultura digitale. Dengan sederhana dapat dikatakan, dengan jari jemari kita dunia ini bisa kita bangun, namun sekali bisa kita hancurkan.
Pada Seminar untuk Uskup Baru di Roma (5-8 September 2010) kami para peserta Seminar mendapat masukan tentang ” CULTURA DIGITALE: OPPORTUNITA E SFIDA PER LA CHIESA” Silakan click: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/255/BUDAYA_JARI-JEMARI_PELUANG_DAN_TANTANGAN_BAGI_GEREJA
Psikologi Massa
Dari pengalaman menabur benih sikap berbagi sebagai pernyataan dan perwujudan kasih, saya sebutkan beberapa faktor bagaimana mengubah “crowd” menjadi “community” melalui media komunikasi. "Crowd" tidak berhatinurani, sedang "community" berhatinurani, dan karena imannya bahkan mampu menjadi "discerning community".
Peristiwa penggandaan lima roti dan dua ikan (Yoh 6:15, //) memberi inspirasi kepada saya. Ketika Yesus berhadapan dengan kumpulan orang dalam jumlah besar “crowd”, Ia mengubahnya menjadi “community” dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, sehingga anggota-anggotanya bisa saling mengenal, berkomunikasi pribadi, dan dengan demikian berbagi sama lain.
1. Memiliki dan mengembangkan visi jelas, yang dikemas secara sederhana dan memikat, menyentuh afeksi. Misalnya “Berbagi”, “Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan”. Visi dimaknai sebagai suatu daya yang mempengaruhi cara pandang, dengan perspektif tertentu. Orang beriman itu seperti seniman, yang karena imannya memiliki cara pandang tertentu. Ia menjadi mampu “melihat langit baru dan bumi baru”. Kita para imam ini bertugas untuk meng-komunikasi-kan visi Tuhan kita Yesus Kristus. Tanpa Dia, kita tidak menghasilkan apa-apa.
Di Seminari Tahun Rohani Jangli KAS, pada tahun 1992 ide membangun spiritualitas yang membumi memunculkan kelompok pelayanan sosial GARAM, terinspirasi dari peristiwa penggandaan lima roti dan dua ikan (bdk. Yoh 6:1-15).
2. Dengan cara pandang itu seorang visioner menjadi mampu mengubah “kronos” manjadi “kairos”, kejadian kronologis ditangkapnya sebagai peristiwa, momentum, saat tepat pewahyuan visi tersebut. Ekaristi sehari-hari menjadi model peristiwa berbagi.
Tahun 2008 di KAS Tahun Anak dan Remaja, dalam konteks internasional tahun 2008 diselengarakan Kongres Ekaristi International di Quebeq, Canada. Tahun 2008 dijadikan momentum menyelenggarkan Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS, dengan tema “Ekaristi: Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan”, didukung dengan promosi Adorasi Ekaristi Abadi.
3. Memanfaatkan sumbangan ilmu pengetahuan dan tehnologi komunikasi: internet, weblog, FB, dll untuk memberitakan kabar suka cita kepada segala makhluk.
Silakan tanya pada Paman Google tentang “lima roti dan dua ikan”. Lalu akan tampil informasi yang cukup melimpah mengenai “Gerakan Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan” tersebut.
Bandingkan ide gila tentang penyelenggaraan “Hari Pembakaran Al Qur’an Sedunia” pada tanggal 11 September 2010. Dalam waktu sangat cepat rencana itu tersebar luas karena multimedia yang membentuk publik opinion, yang pro maupun yang kontra.
4. Setia pada komitmen untuk melestarikan visi, dan secara kreatif menciptakan momentum, saat tepat, kairos melalui multi-media komunikasi, dan berbagai bentuk serta jenis pemberitaan: narasi, surat, dialog, puisi, nyanyian, dll
5. Terbuka membangun relasi, komunikasi antar pribadi: formal maupun non formal.
Catatan penting
- Alat-alat komunikasi tidak mengganti hubungan pribadi. Hubungan pribadi dengan kunjungan pastoral umat tetap penting dalam reksa pastoral.
- Media Komunikasi berperan sebagai fasilitator seperti peran jari-jemari. Tanpa tangan dan jari-jemari pun orang masih bisa hidup. Karena itu, kita tidak boleh adiktif pada sarana-sarana tersebut.
- Perlu diketahui kenyataan penggunaan alat-alat komunikasi oleh umat dan imam, agar tidak salah langkah dalam berkomunikasi.
Selama saya di Purwokerto saya mengingat peristiwa yang sedang terjadi di paroki Indramayu, perayaan 50 tahun paroki, yang dihadiri oleh Yang Mulia Duta Besar Vatikan untuk Indonesia.
Kepada Rm. Abi, saya kirim sms, "Rama Abi, pagi ini saya ke Purwokerto, diundang oleh rama-rama Purwokerto untuk Pertemuan Imam Balita. Rencana sudah setahun yang lalu. Saya pamit tidak bisa menghadiri perayaan hut paroki Indramayu. Proficiat untuk seluruh umat. Kapan Nuncio hadir? Salam hormat saya." (Tue, 28 September 2010, 11:01 am) Dijawabnya, "Terimakasih, Mgr. Nuncio besok hadir, sekitar jam 4 sore. Akan saya sampaikan salam Mgr kepada umat?" (Tue, 28 September 2010, 1:59 pm)
Juga kepada Nuncio, saya mengirim sms, "Dear Excellency, good morning. I would like to say many thanks for your presence in Indramayu to celebrate the 50th anniversary of the parish. Meanwhile, I'm now in Hening Griya Purwokerto to held a meeting with the priests of the diocese. I inform you that the Seminar for newly ordained bishops in Rome (15-18 Sept) was weldone. My best wishes for you and bless me." (Wed, 29 September 2010, 7:32 am) Nuncio menjawab, "Dear Bishop Pujasumarta, good afternoon, and thanks for your message. I am on the way to Indramayu. Please be assured of my prayers for you and your diocese. Regards, Nuncio" (Wed, 29 September 2010, 7:43 am)
Dirgahayu Paroki Indramayu, bertolaklah ke tempat yang dalam!
Bandung, 30 September 2010
Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,
+ Johannes Pujasumarta
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar