Sekitar Prosesi Komuni
Oleh
SY Melki SP
Sore itu, 24 Juli 2011, aku mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapel Asri paroki Santa Clara. Aku senang dengan pengalaman sore itu. Bukan hanya karena tersentuh kotbah Pastor yang menginspirasikanku saat itu, namun juga karena aku terkesan pada perjumpaan dengan seorang pria muda yang duduk di samping kiriku.
Sebut saja namanya Ucok (bukan nama sebenarnya). Ucok ternyata enggan maju ke depan saat prosesi penerimaan Ekaristi Kudus.
Mendapatkan Berkat
Ketika usai menyambut Tubuh Kristus, aku kembali duduk dan berdoa, mengucap syukur atas segala penyertaan Tuhan Yesus sepanjang waktu yang tercurahkan bagiku. Sesudah doa, aku kemudian 'berbisik-bisik' sejenak dengan si Ucok, yang masih sibuk mengurusi buku tugasnya.
Aku:“Kamu belum Komuni Pertama ya…?” Ucok:"…iya." Aku:“Kenapa ga maju saja?” Ucok:"ga*sambil geleng-geleng kepala." Aku:"tapi… kamu kan bisa maju dengan mengatupkan kedua tangan. Nanti Romo memberkati kamu." Ucok:"Nyengir lagi… ;-) *tersipu-sipu tapi tak berkomentar."
Perayaan Ekaristi pun usai dengan nyanyian merdu lagu penutup PS 692, Yesus mengutus muridNya. Aku berpas-pasan dengan Ucok ketika berada di luar Kapel. Aku bertanya lagi,"kamu kelas berapa?” "Kelas tujuh…”ceplos Ucok dengan mimik yang canggung.
Saat itu, Ibunya Ucok menghampiri dan menanyakan ada apa. Aku pun spontan berucap,"ngga ada apa-apa Bu, tadi katanya Ucok belum komuni." "Oh iya... memang belum, dia malu untuk maju-katanya." ucap Ibu Ucok dengan ramah.
Aku pun menjelaskan sejenak dengan gerakan spontan kepada Ucok,"mengapa mesti malu? Tidak apa-apa koq maju ke depan hanya untuk mendapatkan berkat dari Romo, tapi nanti pas di depan Romo, tangan kita dikatupkan saja atau disilangkan saja. Kan Romo sudah mengerti kalau orang yang belum sambut Komuni Pertama."
"iya.. tau tuh mas, malu dia-SMP.... Sudah besar badannya-tinggi tapi belum Komuni." celetuk Ibu Ucok mengakhiri pembicaraan. Sambil berlalu Ucok pun mengekor di belakang ibunya.
Aku menduga, bahwa Ucok malu akan dicengin atau ditertawai apabila orang lain mengetahuinya belum Komuni Pertama.
Mengasihi Kita
Perjumpaan dengan Ucok, mengingatkan perhatian kita terhadap umat kita yang ‘sungkan’ memperoleh berkat rahmat Tuhan Yesus melalui Imam tertahbis.
Padahal, meskipun seseorang yang belum dibaptis secara Katolik (katekumen: baik anak-anak maupun dewasa) boleh saja mendapatkan penumpangan tangan oleh Pastor atau tanda salib di dahi oleh Prodiakon dengan disposisi batin bahwa Tuhan Yesus mengasihi kita.
Biasanya, para orangtua yang memiliki balita seringkali menyertakan anaknya saat orangtuanya menyambut Komuni Kudus. Tujuannya adalah supaya anaknya mendapatkan berkat Tuhan Yesus dalam Perayaan Ekaristi saat itu (bandingkan kisah mengenai “Yesus memberkati anak-anak” Injil Matius 19:13).
Reflectio
Acap kali kita kurang menghayati kehadiran Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Penyebabnya pelbagai hal, a.l. problematik rumah-tangga, sekolah, pekerjaan, kekasih, dsbnya.
Memangnya, bagaimana Kristus hadir dalam Sakramen Ekaristi? “Yesus Kristus hadir dalam Sakramen Ekaristi dalam cara yang unik dan tak tertandingi. Dia hadir dalam cara yang sungguh-sungguh, nyata, dan substansial, dengan Tubuh dan Darah-Nya, dengan Jiwa dan Keilahian-Nya. Karena itu dalam Sakramen Ekaristi, Dia hadir secara sakramental, yaitu dalam rupa roti dan anggur ekaristis, Kristus penuh dan total, Allah dan Manusia” (KKGK 282).
Apakah syarat yang dituntut untuk menyambut Komuni Kudus? “Untuk menerima Komuni Kudus, seseorang harus secara penuh tergabung dalam Gereja Katolik. Dan dalam keadaan rahmat, yaitu tanpa kesadaran akan dosa yang mendatangkan maut. Setiap orang yang sadar melakukan dosa berat harus menerima Sakramen Rekonsiliasi lebih dahulu sebelum menerima Komuni.
Hal yang juga penting bagi mereka yang hendak menerima Komuni Kudus adalah suasana hening dan doa, selain itu perlu memperhatikan pantang yang diwajibkan Gereja dan sikap tubuh (tata gerak dan pakaian) yang pantas sebagai tanda penghormatan di hadapan Kristus” (KKGK 291).
Tuhan Yesus rindu akan kehadiran kita dalam doa bersama umat beriman pada Perayaan Ekaristi.
Siapakah yang dapat sambut Komuni Kudus? “Setiap orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk sambut komuni suci. Namun, agar anak-anak boleh sambut Ekaristi mahasuci, haruslah mereka itu memiliki cukup pengertian dan telah dipersiapkan dengan seksama, sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai daya-tangkap mereka, dan mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan hormat” (KHK 912-913§1).
Ada larangan keras menerima Komuni Kudus bagi mereka yang berdosa berat (KHK 915-916). Misalnya, terkena ekskomunikasi, atau belum mendapat Laisisasi. Misalnya juga karena hidup pernikahan yang tidak sah, atau karena murtad, dsbnya.
Orang yang terkena larangan hukum Gereja, masih boleh mengikuti perayaan Ekaristi akan tetapi tidak menerima Komuni Kudus. Maka, kadang mereka akan duduk berdoa, saat yang lainnya menerima Komuni Suci.
Actio
Kita harus senantiasa meyakini bahwa Tuhan Yesus sangat mencintai kita. Tuhan Yesus bersatu mesra dengan kita dalam Ekaristi MahaKudus.
Nah, bagi kita yang belum sambut Komuni Pertama, tidak ada larangan untuk memperoleh berkat Tuhan Yesus melalui penumpangan tangan Pastor atau Prodiakon saat prosesi pembagian Komuni Kudus. Kita harus jujur bahwa kita belum mengikuti pembelajaran Komuni I secara sah. Kita maju saja dengan mengatupkan kedua tangan kita atau menyilangkan kedua tangan di depan dada kita.
Kita hendaknya juga bersemangat untuk menantikan penerimaan Sakramen Ekaristi, dengan mengikuti pembelajaran Komuni I yang diadakan setiap tahun di sekolah/paroki kita.
Bagi kita yang sedang berdosa berat atau adanya halangan untuk menerima Komuni Kudus, hendaknya supaya segera menghubungi Pastor paroki kita untuk berkonsultasi berkaitan hal-hal yang sedang kita alami, terutama halangan-halangan terhadap iman Katolik kita dan segeralah menerima Sakramen Rekonsiliasi.
Ohiya... Bagi anggota keluarga kita yang sedang sakit di rumah atau sedang dalam perawatan di rumah sakit, hendaknya keluarga menghubungi Prodiakon atau Pastor kita, supaya memberikan pelayanan Komuni Kudus secara langsung kepada yang sakit di tempat mereka berada.
Akhirnya, yang utama bukanlah perasaan sungkan atau malu untuk memperoleh berkat Tuhan Yesus dalam penumpangan tangan Pastor. Akan tetapi yang utama adalah kesadaran batin kita sebagai tanda penghormatan kita di hadapan Kristus dalam Perayaan Ekaristi.
Oratio
"Tubuh dan Darah Yesus Kristus, Engkau sungguh menyelamatkanku dan mengasihiku dalam setiap waktu. Amin."
*KKGK: Kompendium Katekismus Gereja Katolik. KHK: Kitab Hukum Kanonik.
Presented by: 777melki@facebook.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar