Sekitar Prosesi Liturgi Sabda
I: “Tu-han ber-sa-ma-mu.” U: “Dan ber-sama roh-mu.” I: “Inilah In-jil Ye-sus Kris-tus menurut Ma-ti-us.” U: “Dimuliakan-lah Tu-han.” Merupakan seruan pemakluman Injil yang biasa dibawakan oleh Imam atau Diakon bersama umat sebelum Injil dibacakan.
Dalam uraian C.H.Suryanugraha,OSC bahwa terdapat tujuh kali tanda salib dalam Misa. Di antaranya tiga tanda salib kecil pada dahi-mulut-dada sebelum mendengarkan Injil (bdk. hidupkatolik.com, edisi 25 Juli 2011 atau Warta Klara, edisi 7 Agustus 2011).
Berkaitan hal di atas. Bilamanakah pembuatan tiga tanda salib kecil pada dahi, mulut, dan dada dilakukan? Apakah sebelum mengatakan “Dimuliakanlah Tuhan”? Apakah sesudah menyahut “Dimuliakanlah Tuhan”? ataukah pada saat bersamaan mengatakan “Dimuliakanlah Tuhan”?
Ya, yang tepat adalah sesudah menyahut “Dimuliakanlah Tuhan”!
Mengapa pembuatan tiga tanda salib kecil harus dilakukan sesudah menyahut “Dimuliakanlah Tuhan”?
Pada TPE 2005, arti simbol tanda salib yang dibuat ketika memulai bacaan Injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut, dan dada, yaitu untuk mengungkapkan hasrat (tanggapan iman) agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh sabda Tuhan.
Meskipun ini merupakan hal praktis-teknis yang tampak sepele di antara kita-umat. Namun pada kenyataannya, bahwa tidak ada keseragaman pemahaman tata gerak liturgis di antara kita-umat dalam membuat tanda salib kecil pada dahi-mulut-dada sebelum Injil dibacakan.
Masih banyak di antara kita-umat kurang menghayati makna liturgis dari tata gerak ini. Sebagian di antara kita-umat justru membuat tiga tanda salib kecil pada dahi-mulut-dada seraya berkata “Dimuliakanlah Tuhan”. Atau kadang bahkan lebih cepat mendahului dengan tergesa-gesa tanpa peduli sahutannya. Padahal bukanlah demikian.
Reflectio
Sewaktu Imam mengatakan: “Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius” (atau menurut Markus/Lukas/Yohanes sesuai kalender liturgi). Maka Umat tidak segera membuat tiga tanda salib kecil, akan tetapi berseru “Dimuliakanlah Tuhan” dengan penuh pemaknaan, kesadaran, dan kepasrahan menerima Sabda Allah.
Setelah itu, barulah kemudian kita-umat membuat tiga tanda salib kecil pada dahi, mulut dan di dada dengan menggunakan jari tangan kita disertai rumusan perkataannya.
Memangnya, apakah rumusan perkataan dan arti pembuatan tanda salib kecil pada dahi, bibir, dan dada?
Rumusan perkataannya adalah “Sabda-Mu kuterima dengan budiku”; “Kuwartakan dengan mulutku”; “dan kusimpan dalam hatiku.”
Saat pembuatan tanda salib pada dahi, kita berkata dalam hati: “Sabda-Mu kuterima dengan budiku” hal ini berarti bahwa Sabda Allah itu kita pikirkan dan kita renungkan.
Saat pembuatan tanda salib pada mulut (bibir), kita berkata dalam hati: “Kuwartakan dengan mulutku” hal ini berarti bahwa Sabda Allah itu kita wartakan pula kepada orang lain.
Saat pembuatan tanda salib pada dada, kita berkata dalam hati: “dan kusimpan dalam hatiku.” hal ini berarti bahwa Sabda Allah itu kita simpan, kita resapkan dalam hati, dan akan kita laksanakan (bdk. E.Martasudjita,Pr; 2004, 40).
Sementara itu, untuk aklamasi sesudah Injil, kita tidak perlu lagi membuat tanda salib. Sesudah Imam/Diakon membacakan Injil, maka akan diakhiri dengan perkataan: ”Demikilah In-jil Tu-han.” Dan Umat menyahut: “Ter-pu-ji-lah Kris-tus.” Kemudian kita-umat duduk dengan sikap tenang untuk mendengarkan Homili Imam (lht. TPE 2005, 33-34).
Actio
Rumusan perkataan yang menyertai pembuatan tiga tanda salib tersebut harus kita lakukan dengan penuh hikmat dan sadar akan kehadiran Allah: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Nah, kini menjadi jelas, bahwa agak sulit bagi kita-umat apabila akan mengatakan tiga rumusan perkataan dalam hati dan sekaligus pembuatan tiga tanda salib kecil pada dahi, mulut, dan dada sementara di saat bersamaan itu kita sedang mengucapkan sahutan aklamasi sebelum Injil.
Dengan demikian, maka rumusan perkataan dan pembuatan tiga tanda salib kecil pada dahi, mulut dan dada harus dilakukan sesudah berseru “Dimuliakanlah Tuhan”. Silakan mulai berlatih di rumah sambil mengingat rumusan di atas.
Akhirnya, hal praktis tata-gerak liturgis tiga tanda salib kecil ini menyadarkan kita, bahwa akal-budi kita diterangi, mulut kita disanggupkan untuk mewartakan, dan hati kita diresapi oleh sabda Tuhan. Selamat mencoba dalam prosesi Liturgi Sabda!
Oratio
“Allah Tritunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus, terpujilah selama-lamanya. Amin.”
*TPE: Tata Perayaan Ekaristi-Buku Umat. 777melki@facebook.com (SY Melki SP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar