BERDOA DENGAN KITAB SUCI
Pameo “tak kenal maka tak sayang”, dapat berlaku pada analogi berikut: “tidak mengenali Sabda Yesus maka tidak menyayangi Tuhan Yesus”.
Acap kali kita (Katolikers) mengabaikan salah satu kewajiban pokok kerohanian Kristiani, yakni merenungkan Kitab Suci. Kadang muncul dalam benak Katolikers: mulai dari perikop/kitab manakah yang hendaknya direnungkan? Adakah cara praktis membaca Kitab Suci dari Kejadian-Wahyu?
Bagi Katolikers yang sering nongol di dunia digital, tentu saja dapat membaca Kitab Suci secara lebih praktis. Selain tersedia software Kitab Suci untuk merk handphone, laptop atau untuk tablet-android tertentu, namun tersedia pula kalender liturgi harian secara online ‘n updated, misalnya di situs: www[dot]imankatolik[dot]or[dot]id.
Kitab Suci: Bulan dan Angka?
“Koooq… bulan Kitab Suci hanya pada bulan September?” Penetapan bulan September sebagai bulan Kitab Suci bukan ditentukan secara tematik-numerik, tetapi berdasarkan keputusan pastoral Gereja Katolik Indonesia. Sejak tahun 1977, MAWI (sekarang: KWI) menetapkan bahwa setiap hari Minggu pertama bulan September dirayakan sebagai Hari Minggu Kitab Suci Nasional (HMKSN). Perayaan ini bersifat Nasional untuk menanamkan rasa cinta kepada Sabda Allah pada hati umat Katolik Indonesia (bdk. Pidyarto,O.Carm, 2001, 114).
Kemudian dalam perkembangannya, seluruh keuskupan di Indonesia memperpanjang perayaan HMKSN ini menjadi Bulan Kitab Suci Nasional (sekarang: BKSN). Oleh karena itu, selanjutnya disusunlah tema-tema pendalaman iman sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
Ohiyaaa… Ada salah satu yang menarik sampai detik ini untuk sebagian orang numerisme, yang sering menganggap angka dapat membawa hoki dan juga apes. Satu di antaranya kepercayaan mengenai angka 666 dalam Wahyu 13:18, yang secara keliru sering ditafsirkan sebagai angka setan. Padahal, menurut kebanyakan ahli, angka 666 adalah bilangan sandi untuk Kaisar Nero.
Bagi pengikut numerisme (paham kepercayaan terhadap angka), membenarkan pendapatnya bahwa angka dapat membawa apes atau hoki untuk angka-angka tertentu, dengan menyertakan ayat Kitab Suci sebagai dasar argumentasinya. Kesesatan ini perlu diwaspadi para Katolikers.
Katolikers harus ingat bahwa pembagian bab dan ayat dalam Kitab Suci bukanlah asli dari Kitab Suci melainkan dibuat oleh Stephanus Langton (bdk. Pidyarto,O.Carm, 2004, 116). Jadi, pokok iman kita bukan pada numerik ataupun mitos tahayul, melainkan terletak pada iman akan Allah yang mewahyukan diri-Nya (lht. Kredo – Syahadat Para Rasul).
Reflectio
Tradisi Kristiani mempunyai tiga betuk untuk mengungkapkan dan menghayati doa, yakni doa dengan kata-kata, meditasi, dan doa kontemplatif (KKGK 568). Dua bentuk doa yang terakhir biasanya sering menggunakan Kitab Suci.
Betuk doa pertama, yaitu doa dengan kata-kata yang menggabungkan badan dengan kedalaman doa batin. Yang penting doa harus selalu keluar dari iman personal. Dengan doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan bentuk sempurna doa dengan kata-kata.
Kedua, meditasi adalah refleksi penuh doa yang dimulai dengan sabda Allah dalam Kitab Suci. Meditasi adalah langkah pertama untuk menuju persatuan dengan Allah kita.
Ketiga, doa komtemplatif yang melulu hanya memandang Allah dalam keheningan dan cinta. Santa Teresa Avila menggambarkan doa kontemplatif sebagai hubungan persahabatan yang amat erat,’”sering tinggal sendiri bersama Allah yang kita tahu mencintai kita’” (KKGK 569-571).
Bagaimana kita membaca dengan mendoakan Kitab Suci? Kiranya langkah-langkah ini akan sangat membantu:
(1) Doa persiapan, penyadaran diri bahwa diri berada di hadirat Allah.
(2) Memohon rahmat yang kita perlukan.
(3) Membaca teks Kitab Suci dengan pelan-pelan, atau dengan ritme, atau pula dengan diucapkan lirih.
(4) Bila ada perasaan tertarik akan suatu kata atau kalimat, berhenti di situ, membaca lagi dan lagi yang menarik itu. Merasakan, mengunyah kata-kata itu, mencerna dan membatinkan.
(5) Lalu ditutup dengan doa spontan sesuai dengan perasaan yang muncul.
Sesudah itu, kita mengadakan refleksi atas pengalaman doa:
(1) Bagaimana jalannya doa?
(2) Batin dan budi mengalami penerangan apa?
(3) Hati dan perasaan mengalami pengalaman batin apa?
(4) Kehendak kita dibawa dan digerakkan ke mana?
(5) Apakah kita merasa terhibur atau merasa sepi? Mengapa?
Demikianlah beberapa penolong untuk berdoa dengan Kitab Suci. Allah tetap bersabda menerangi budi, menggerakkan hati, agar iman, harapan dan kasih semakin tumbuh dan berkembang dalam realitas konkret hidup kita (LR).
Actio
Dalam rangka BKSN tahun ini, maka hendaknya Katolikers dapat ikut serta dalam tema-tema pendalaman iman yang dilaksanakan oleh lingkungan maupun kelompok kategorial di paroki kita.
Materi bulan Kitab Suci 2011 – lingkup Keuskupan Agung Jakarta mengusung tema: “Belajar dari Perumpamaan-perumpaan Yesus”. Pertemuan pendalaman iman untuk tema tersebut dilaksanakan dengan empat tahap: (1) Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati, (2) Perumpamaan Anak yang Hilang, (3) Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum dan (4) Perumpamaan tentang Pengampunan (bdk. KKS Barnabas, 2011).
Semoga bulan September tidak menjadi bulan aksidental saja untuk membaca Kitab Suci. Akan tetapi menjadi sumbu semangat membaca Kitab Suci yang terus menyala sepanjang masa tahun liturgi Gereja.
Saya biasanya menggunakan kalender lirturgi Gereja terbitan KWI atau kadang mengakses internet di situs imankatolik. Bagi Katolikers yang suka surfing the internet, silakan mampir ke situs imankatolik untuk men-download gratis kalender liturgi harian Gereja Katolik.
Hendaknya Katolikers merenungkan atau berdoa dengan Kitab Suci bukan hanya untuk mengenali Sabda-Nya, melainkan pula untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 7:21).
Akhirnya Katolikers, pameo berubah menjadi motto indah: “mengenali Sabda Yesus maka menyayangi Tuhan Yesus.” (SY Melki SP)
Oratio
+“Bapa, Putra dan Roh Kudus, terangilah Sabda-Mu dalam sikap hidup kami. Amin.”+
*Dr.H.Pidyarto Gunawan,O.Carm, Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab, dalam rubrik konsultasi iman seri 5-7. Jogyakarta: Kanisius.
*Santo Ignasius Loyola. Latihan Rohani, seri Ignasian 5. Yogyakarta: Kanisius. 1993, hlm. 247-248.
*KKGK: Kompendium Katekismus Gereja Katolik
*Sumber foto: Hati Yang Bertelinga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar