Apakah makna tanda Salib bagi kita? Mengapa
kami menampilkan salib dari ranting/kayu pohon, yang ada corpus dan non corpus?
Berikut jawaban refleksi-kritisnya:
1. Struktur
simbolis mesti dibedakan antara isi (sesuatu yang disimbolkan) dan bentuk
ungkapan (simbolnya), meskipun keduanya tidak pernah dapat dipisahkan. Isi
hanya dapat kita tangkap melalui simbolnya; dan sebaliknya simbol hanya
memiliki makna atau roh apabila mengungkapkan sesuatu yang menjadi isinya.
Demikian juga dengan simbol-simbol liturgi. Seluruh simbol liturgi menjadi
bentuk ungkapan dari inti misteri iman yang dirayakan, yakni Misteri Yesus
Kristus yang menyelamatkan. Maka, setiap simbol harus dapat mengungkapkan
segi-segi tertentu dari misteri iman yang dirayakan.[1]
2. Manusia adalah simbol lirtugi, yang
mencakup: diri manusia, tindakan indrawi, dan tata gerak. Tindakan menyentuh
dalam liturgi mengungkapkan persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama
umat beriman di dalam ikatan Roh Kudus. Salah satunya adalah tindakan mencium salib.
Demikian pula dengan melihat simbol salib; kita sekaligus
melihat kemulian Allah, sebab dalam wajah Kristus kita dapat melihat kemuliaan
Allah (2 Kor 4:6). Dengan menyadari komunikasi Allah yang memancar melalui
simbol salib, maka kita menjalin relasi dengan Allah dan sesama jemaat.[2]
3. Salib Kritus itu menjadi kebanggaan dan
kekuatan orang Kristen, meskipun bagi orang Yahudi salib merupakan suatu batu
sandungan dan bagi orang Yunani merupakan kebodohan (bdk. 1 kor 1:18.23). Menurut
tradisi liturgi, tanda salib pertama kali mengungkapkan iman dasar Kristiani akan
salib Kristus yang membawa penebusan dan keselamatan. Sedangkan, tanda
salib menunjuk kuasa salib Kristus yang menyelamatkan dan perlindungan Kristus
yang menyelamatkan dan tanda perlindungan Kristus terhadap kuasa jahat setan.
Seruan yang menyertai tanda salib: “Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”
baru muncul sekitar abad pertengahan. Dengan seruan Allah Tritungal dalam
membuat tanda salib ini, maka orang beriman mengenang baptisannya sebagai
milik Kristus.[3]
4. Salib Dari Ranting:
Apabila, di antara kita ada yang dapat menangkap ungkapan Misteri Yesus Kristus
yang menyelamatkan melalui salib tersebut, sungguh itu merupakan anugerah dari
Allah. Akan tetapi bila sebaliknya, maka sadarilah bahwa kita sesungguhnya
diundang-diajak untuk dapat mengungkapkan iman dasar Kristiani; salib Kristus
yang membawa penebusan dan keselamatan kita.
5.
Salib Non-Corpus: demikian pula berlaku dengan Salib
non-corpus. Jikalau kita justru berkesan dengan perbedaan-perbedaan bahan
baku/element kayu yang lebih baik dibandingkan salib yang hanya terbuat dari
ranting ataupun dibandingkan dengan salib corpus (yang dari besi), hal itu
merupakan bagian dari bentuk ungkapan misteri iman kita. Jikalau kita tidak dapat
menemukan ungkapan dari kedua simbol salib yang tanpa corpus itu, maka dapat
kita sadari sebagai sifat kemanusiawian saja. Namun, saat ini kita sungguh
diundang untuk dapat melihat dan menyentuh simbol salib yang kelihatan kepada
suatu persekutuan dengan misteri keselamatan Allah.
6.
Salib Corpus: Salib yang ada Corpus (Crucifix : salib dengan figur Yesus; patung salib Yesus), merupakan simbol, lambang khas dan suci bagi
umat Kristen, khususnya bagi umat Katolik merupakan lambang inti dan agung. Simbol
atau lambang yang paling kelihatan. Jauh sebelum peristiwa Kalvari, salib
merupakan suatu alat hukuman mati yang paling keji, yang paling hina,
dan paling rendah. Salib terbuat dari kayu balok. Salib adalah alat hukuman
yang berasal dari Timur Tengah: Persia (sekarang Iran).[4]
7. Makna
dan ungkapan Salib
Kita dan banyak orang Kristen
lainnya ada yang menggantungkan salib di leher ataupun dipasang di bagian dada
atau kerah kemeja, dan hampir semua biarawan-biarawati memakai salib. Salib
kerap dijumpai di gedung-gedung Gereja, rumah sakit, sekolah, dan tempat-tempat
tertentu yang menyatakan ciri Kristiani. Semua itu ada artinya, yakni sebagai
tanda khusus/pengenal untuk pengikut Tuhan Yesus Kristus; bagi identitas para
pejabat gereja dan identitas asali biara/kongregasi para anggota religius.
Di satu sisi, Salib mengingatkan
kita akan penghinaan, siksaan, penderitaan, kedukaan, dan kesepian yang dialami
Tuhan Yesus. Melalui kematian Yesus di kayu salib, Diri-Nya dipermuliakan dan
Diri-Nya kembali ke sisi Bapa. Di sisi yang lain, umat Kristen memaknai
salib sebagai tanda kemenangan; tanda harapan akan kebangkitan; tanda
kesetiaan; tanda cinta kasih karena Tuhan Yesus telah menebus umat-Nya dengan
mati di kayu salib.
Upacara
penghormatan (mencium-melihat) salib: sebagai tanda kita memperingati
penderitaan Tuhan Yesus, sebagai tanda menyesal dosa-dosa kita, sebagai tanda
terima kasih bahwa kita ditebus, sebagai tanda menghormati Tuhan Yesus yang
wafat untuk kita, sebagai tanda kesetiaan kepada Tuhan Yesus. Jadi, mencium
salib menunjukkan pernyataan syukur bahwa oleh kematian-Nya, Ia
memusnahkan iblis yang menguasai manusia dan menebus dosa kita.
Dengan
demikian, jika kita membuat tanda salib, menggunakan salib, dan memiliki salib,
semoga kita sungguh mengungkapkan misteri keselamatan Allah sebagai sikap hidup
kia dalam persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus dan sesama.
“Sebab pemberitaan tentang salib
memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi yang
diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1Kor 1:18).
*Bahan untuk kelompok
Liturgi, 27 September 2011.
[1] Bdk. Emanuel Martasudjita, Pr. Liturgi: Pengantar untuk studi dan praksis
Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 2011, hlm. 131.
[2] Bdk. Emanuel Martasudjita, Pr. Ibid., hlm. 133-134.
[3] Bdk.
Ibid., hlm. 140-141.
[4] Bdk. Evert P. Kamulata. Mengapa Kita Membuat Tanda Salib?.Yogyakarta:
Yayasan Pustakan Nusatama, 2002, hlm. 16-25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar