PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
(PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan
telah melihat terang yang besar”
(Yes. 9:1a)
Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia
di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Telah tiba pula tahun ini hari Natal, perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal,
Raja Damai”[1].
Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang
yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan”[2]. Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat, Yesus Kristus,
Tuhan kita.
Pada hari Natal yang pertama itu, para gembala di padang Efrata,
orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di masa itu, melihat terang
besar kemuliaan Tuhan bersinar di kegelapan malam itu[3].
Mereka menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” dengan saling mengajak sesama
yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan
satu sama lain: “Marilah kita pergi ke
Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan
Tuhan kepada kita”[4]. Para Majus yang masing-masing telah melihat terang besar di langit negara
asal mereka, telah menempuh perjalanan jauh untuk mencari dan mendapatkan Dia
yang mereka imani sebagai Raja yang baru lahir. Mereka bertemu di Yerusalem dan
mengatakan: “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk
menyembah Dia”[5]. Sayang sekali, bahwa di samping
para gembala dan para Majus dari Timur yang tulus itu, ada pula Raja Herodes.
Ia juga mendapat tahu tentang kedatangan Yesus, bukan hanya dari para Majus,
tetapi juga dari keyakinan agamanya, tetapi ia malah merasa tersaingi dan
terancam kedudukannya. Maka dengan berpura-pura mau menyembah-Nya, ia mau
mencari-Nya juga dengan maksud untuk membunuh-Nya. Ketika niat jahatnya ini
gagal, ia malah melakukan keja hatan lain dengan membunuh anak-anak tak
bersalah dari Bethehem[6].
Kepada kitapun, yang hidup
di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merayakan Natal pada tahun 2011 ini,
telah disampaikan Kabar Gembira tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus,
yang adalah “Firman, yang di dalamnya ada hidup dan hidup itu adalah terang
bagi manusia”[7]. Memang, yang kita rayakan pada hari Natal itu adalah: “Terang yang
sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan
dunia dijadikan oleh-Nya”[8]. Tetapi sayangnya ialah bahwa, “dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik
kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”[9]. Dan kita
tidak bisa, bahkan tidak boleh, menutup mata untuk itu. Kita juga menyaksikan, bahwa bangsa kita masih mengalami berbagai
persoalan. Kemiskinan sebagai akibat ketidakadilan masih menjadi persoalan
sebahagian besar bangsa kita, yang mengakibatkan masih
sulitnya
menanggulangi biaya-biaya bahkan kebutuhan pokok
hidup, apalagi untuk pendidikan
dan kesehatan. Kekerasan masih merupakan bahasa yang digemari guna
menyelesaikan masalah relasi antar-manusia. Kecenderungan penyeragaman,
ketimbang keanekaragaman masih merupakan pengalaman kita. Akibatnya, kerukunan
hidup, termasuk kerukunan antar-umat beragama, tetap masih
menjadi
barang mahal. Korupsi, bukannya dihapuskan, tetapi malah makin beranak-pinak
dan merasuki segala aras kehidupan bangsa kita bahkan secara membudaya. Penegakan hukum yang berkeadilan dan penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia masih merupakan pergumulan dan
harus tetap kita perjuangkan.
Pencemaran dan perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam,
seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetap
mencemaskan kita. Mereka yang diberi amanat dan kekuasaan untuk memimpin
bangsa kita ini dengan benar dan membawanya kepada
kesejahteraan yang adil dan merata,
malah cenderung melupakan tugas-tugasnya itu.
Oleh karena itu,
saudara-saudari yang terkasih, dalam pesan Natal bersama kami
tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan
beraksi, bukan hanya untuk perayaan Natal kali ini saja, tetapi
hendaknya juga menjadi semangat hidup kita semua:
·
Sederhana dan bersahaja:
Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada tempat bagi
mereka di rumah penginapan”[10], tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia”[11].
·
Rajin dan giat: seperti
para gembala yang setelah diberitahu tentang kelahiran Yesus dan tanda-tandanya,
lalu “cepat-cepat berangkat dan
menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu”[12].
·
Tanpa membeda-bedakan
secara eksklusif: sebagaimana semangat kanak-kanak Yesus yang menerima para
Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan apapun yang
menjadi persembahan mereka masing-masing[13].
·
Tidak juga bersifat dan
bersikap mengkotak-kotakkan, karena Yesus sendiri mengajarkan bahwa
“barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu"[14].
Saudara-saudari yang terkasih,
Tuhan Yesus, yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh
Nabi Yesaya hampir delapan ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, disebut sebagai
“terang besar” yang “dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan di dalam
kegelapan”[15]. Nubuat itu direalisasikan-Nya sendiri dengan bersabda: “Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, me-lainkan ia akan
mempunyai terang hidup”[16]. Di
samping penegasan tentang diri-Nya sendiri itu, barangkali baik juga kita
senantiasa mengingat apa yang ditegaskannya tentang kita para pengikut-Nya: "Hanya sedikit
waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah
kepa-danya,
supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan,
ia tidak tahu ke mana ia pergi”[17].
Akhirnya
marilah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sederhana dan tidak mencolok
karena kita tidak boleh melupakan, bahwa sebagian besar bangsa kita masih dalam
kemiskinan yang ekstrim. Dengan demikian semoga
terjadilah kini seperti yang terjadi pada Natal
yang pertama:
”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”[18].
SELAMAT NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI), NDONESIA
(KWI),
Pdt.
Dr. A.A. Yewangoe Mgr. Martinus D. Situmorang,
OFMCap.
Ketua Umum Ketua
Pdt.
Gomar Gultom, M.Th.
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jendral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar