Kalender Liturgi

Senin, 04 Februari 2013

Semangat OMKers


Semangat OMKers Oleh: @SYmelkiSP Saya bersemangat kembali ketika berada dalam komunitas OMK paroki Santa Clara. Saya bersyukur kepada Tuhan atas hari ini, 24 Januari 2013. Saya boleh melihat dan menikmati kebersamaan dengan OMK dalam Pleno Seksi Kepemudaan yang dihadiri para pengurus OMK wilayah dan kategorial OMK, serta beberapa orang perwakilan dari seksi Dewan Paroki Santa Clara. Pada pertemuan Pleno kali ini, para OMK membicarakan tentang program kerja (proker) 2013, evaluasi kepengurusan 2012, data jumlah OMK (ter-updated), serta hambatan dan prestasi setiap kegiatan OMK. Banyak sekali catatan-catatan dari, oleh, dan untuk sesama OMK. Banyak proker dan kegiatan-kegiatan OMK yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 sesuai visi "persaudaraan sejati." Saya sangat mengapresiasi kepada seluruh OMK Clara. EVALUASI Dalam pertemuan Pleno kali ini, ada yang menarik perhatian saya tentang masih adanya kebiasaan lama (kisah klasik) yang dihadapi OMK di dalam berorganisasi. Kebiasaan lama yang turun-menurun itu adalah perihal "waktu", suka terlambat untuk berkumpul dan lama bubar meskipun acara kegiatan sudah selesai. Selain persoalan "waktu" yang selalu "ngaret", persoalan lainnya adalah OMK "malas" hadir untuk berkegiatan bersama dalam komunitas OMK. Parahnya lagi, masih ada juga orangtua yang kurang mendukung anaknya untuk berkumpul dalam komunitas seiman, yang berakibat beberapa OMK kurang memahami konsep diri dan tidak memiliki motivasi sebagai Orang Muda yang beragama Katolik. "Kalau kendala wilayah OMK kami biasanya mengenai 'waktu' ya. Sering ga ontime, terus jarak tempat untuk ikut kegiatan jauh. Orangtuanya ga ngijinin anaknya, dan bahkan ada OMK yang ga mau ikut kegiatan karena dia ngga ngerasa dapat apa-apa dari kegiatan OMK." itu beberapa ungkapan jujur dari evaluasi beberapa pengurus OMK Clara. Ya...sungguh menjadi bahan evaluasi kita bersama sebagai Katolikers. Ya kita...Orang Muda Katolik. Meskipun OMK sering terkendala dengan managemen waktu, belum sepenuhnya memahami motivasi dan komitmen berorganisasi, dan belum memahami kepemimpinan dengan spiritualitas Yesus Kristus. Tapi sebagai Katolikers, kita mesti tetap aktif bersama OMK. Pilihannya: Apakah OMK mau dan bersedia dipersiapkan dengan baik untuk menjadi Pribadi harapan bangsa dan Gereja? atau kita mau membentuk OMK tanpa arah pasti, seperti sebagian orang muda lainnya? REFLEKSI SEBAGAI OMKers Saya mau berbagi pengalaman tentang keikutsertaan saya terlibat sebagai Muda-mudi Gereja. Saya bersyukur kepada Yesus, sahabat sejati OMK bahwa saya boleh berbagi dalam refleksi singkat ini. Hampir 10 tahun saya terlibat sebagai OMK, sekaligus pemerhati organisasi kerohanian OMK dan Kepemudaan. Pertama kali saya mengenal komunitas muda-mudi Katolik pada waktu SMP kelas III/IX. Waktu itu saya pernah diajak untuk gabung dengan Mudika. Tapi saya cuma satu malam saja bergabungnya. Waktu itu saya dengan muda-mudi wilayah YP terpaksa batal berangkat pergi kegiatan camping rohani separoki gara-gara rombongan kami hanya terlambat beberapa menit saja. Panitia pada waktu itu sangat mengecewakan kami. Saya waktu itu agak menyesal tidak jadi berangkat gara-gara tidak ada kesalingpengertiaan sesama anggota komunitas beriman. Akhirnya, kakak-kakak senior Mudika YP waktu itu meredam kesedihan kami dengan mengelar tenda di dalam komplek perumahan Barata, di rumah salah satu pengurus Mudika YP. Dari malam sampai pagi hari kami begadang dengan menghabiskan bekal kami, bernyanyi-nyanyi, masak mie, dsbnya. Itu pengalaman singkat saya dengan Mudika YP. Setelah hari itu saya tidak mau diajak lagi kalau ada pertemuan Mudika. Di satu sisi saya kecewa dengan Mudika yang dibatalkan keikutsertaan acaranya. Malu dan aneh menjelaskan kepada orangtua kami, meskipun mereka tampak memaklumi "kesalahan kecil" kami yang kurang berkoordinasi dengan panitia. Di sisi yang lainnya saya nyaman dengan muda-mudi Gereja yang asik dan gaul dengan gaya orang Katolik. Di sisi lainnya, saya merasa seperti "jatuh cinta" dengan komunitas Muda-mudi Katolik. "oh... Cinta satu malam... oh indahnya... Cinta satu malam buatku melayang, walau satu malam, akan kukenang, dalam hidupku }2x" #loh ko malah jadi nyanyi lagu dangdut ya? Saya jadi teringat beberapa tahun setelah peristiwa di atas. Saya mulai terlibat aktif dalam organisasi Mudika (pengertian dulu: Muda-mudi Katolik) di paroki Santo Yohanes Pemandi Raha, kabupaten Muna, Keuskupan Agung Makassar. Saya mengalami banyak hal ketika beraktivitas bersama muda-mudi seiman di sana. Suka dan duka mewarnai perjalanan saya sebagai pengurus maupun menjadi anggota suatu kegiatan OMK (pengertian sekarang: Orang Muda katolik). Awalnya, saya diajak teman-teman Mudika Raha untu bantu-bantu saja. #Lagi-lagi diajak (modus man). Waktu itu sekitar tahun 2004, Oma dan Om saya menyuruh saya untuk ikut kegiatan Mudika paroki Santo Yohanes Pemandi Raha, Sulawesi Tenggara, Keuskupan Agung Makassar. Sejujurnya, saya tidak mau bergabung, apalagi datang ke pertemuan. Saya masih kecewa dengan "cinta satu malam" dengan organisasi orang muda di Bekasi Utara. Selain itu, pikiran saya waktu itu adalah karena saya merasa tidak pantas bersentuhan dengan hal-hal suci dalam kelompok keagamaan. Apalagi dipilih oleh teman-teman saya untuk menjadi pengurus Mudika. Ogah banget waktu itu, saya tolak! Beberapa kali teman-teman saya mengajak dan mendatangi saya yang tinggal di rumah Oma saya. Namun, saya belum juga mau bergabung. Pada suatu hari, entah "kenapa" saya merasa ada yang berbeda setiap kali datang perayaan Ekaristi di Gereja. Ada sekelompok muda-mudi yang bertugas sebagai koor. Mereka juga membagi tugas sebagai kolektan. Selain itu yang menarik perhatian saya adalah mereka tampil beberapa kali di setiap bulan. Ada yang menjadi pemazmur, dirigen, pianis, dan lektor. Meskipun muda-mudinya itu-itu saja. Entah mengapa hati saya tergerak untuk mengenal Mudika setempat. Saya semakin tersentuh ketika seorang Mudika memainkan musik dengan iringan gitar. Ketika itu saya tersentuh oleh musik yang dibunyikan gitaris itu. Komposisi permainannya pas di saat komuni sedang dibagikan. Suasana saat itu begitu tenang dengan iringan instrumental gitar akustik. Saya mengalami suka cita dan kedamaian Roh Kudus ketika berdoa sesudah komuni (bdk. Galatia 5:22). Saat itu hati kecil saya mengatakan mau terlibat dengan mereka. "apa ya kelompok mereka itu? bisa ngga ya saya masuk dalam grup mereka?" pikir saya kira-kira saat itu. Singkat cerita, saya akhirnya bergabung dengan Mudika Raha. Meskipun awalnya malu-malu, tapi saya dapat beradaptasi dengan cepat. Maklum ada beberapa teman SMU saya yang sekelas menjadi anggota Mudika. Beberapa waktu kemudian, entah mengapa akhirnya saya diminta teman-teman untuk menjadi wakil ketua Mudika. Saya pun perlahan-lahan mengikuti proses kebersamaan dengan Mudika setempat dan menyesuaikan budaya dan luas teritorial pelayanan pastoral paroki Santo Yohanes Pemandi Raha. Berbagai kegiatan kami laksanakan. Angkatan kami mempelopori kembali kejayaan "didukung berbagai kegiatan Mudika." Para orangtua dan umat menantikan kami untuk terus berpastoral. Apalagi dukungan kuat datang dari pastor paroki untuk mendukung perkembangan iman spiritualitas kami. Pastor paroki kami waktu itu membimbing kami dengan rekoleksi khusus. Kami pun jadi semakin bersemangat mengimani Yesus Kristus, hal ini tercermin dalam keaktifan kami dalam berkumpul dan berkegiatan bersama. Waktu itu kami tidak punya pendamping awam tetap atau pemerhati OMK khusus. Semua kegiatan kami persiapkan bersama dan kami saling membagi tugas. Jadi kalau ada pertemuan ibadat doa rutin, mau tidak mau kami sendiri yang menyiapkan bahan-bahan liturgisnya, para petugas dan lagu-lagu ibadatnya. Kami bertanggungjawab sepenuhnya sampai hari pelaksanaan. Saya masih berkesan akan satu tugas yang diberikan kepada saya waktu itu. Saya diberikan kesempatan untuk memberikan renungan pada waktu ibadat Mudika. Jadi,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamus Indonesia