Kalender Liturgi

Kamis, 22 Desember 2011

Perbedaan Teologi Katolik dan Teologi Protestan

exported from Keuskupan Agung Jakarta [ http://www.kaj.or.id ]




Kalau membicarakan tentang perbedaan antara teologi Katolik dan teologi protestan, maka sebenarnya perlu didefinisikan Protestan yang mana. Oleh karena itu, jawaban ini hanya dapat memberikan gambaran umum dan memberikan prinsip-prinsip umum. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada saudara/i dari umat Protestan, saya akan mencoba memaparkan beberapa perbedaan yang memang nyata.  Perbedaan antara teologi Katolik dan teologi Protestan secara umum, kalau mau disarikan adalah: (1) Konsep pilar kebenaran, (2) Konsep otoritas, (3) Konsep ekklesiologi, (4) sakramen dan liturgi, (5) Konsep keselamatan, (6) Konsep mediasi.

1. Tiga pilar (Kitab Suci, Tradisi Suci, Magisterium Gereja) vs Sola Scriptura

Gereja Katolik mempercayai tiga pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, sedangkan mereka mempercayai hanya Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran (sola scriptura). Gereja Katolik tidak menolak bahwa Kitab Suci adalah pilar kebenaran, namun Gereja Katolik menolak bahwa satu-satunya pilar kebenaran hanyalah Kitab Suci (Sola Scriptura). Penolakan ini disebabkan karena: (a) Kitab Suci sendiri tidak pernah mengatakan demikian bahkan menekankan pentingnya Magisterium Gereja dan sumber tertulis maupun lisan, (b) Gereja lahir terlebih dahulu sebelum Kitab Suci, (c) Gereja dengan inspirasi Roh Kudus yang menentukan buku-buku mana yang masuk dalam Kitab Suci, (d) Sola Scriptura tanpa ada otoritas yang menentukan interpretasi yang benar membawa perpecahan. Dengan demikian, mempercayai tiga pilar ini sebetulnya lebih alkitabiah dibandingkan mempercayai Sola Scriptura.

2. Konsep tentang otoritas

Gereja Katolik mempercayai bahwa Kristus memberikan otoritas kepada Rasul Petrus dan penerusnya, yaitu para Paus (lih. Mat 16:16-19) serta para rasul yang lain – yang diteruskan oleh para uskup (lih. Yoh 20:21-23). Mereka inilah yang disebut dengan Magisterium Gereja. Dan fungsi pengajaran ini ditegaskan dalam Luk 10:16 “ Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” Karena Kristus sendiri yang memberikan otoritas kepada para Paus dan para uskup, maka umat Katolik dengan kerendahan hati mengikuti apa yang diperintahkan Kristus dan memberikan diri untuk mentaati pengajaran yang diberikan oleh Magisterium Gereja – yang bersumber pada Kitab Suci dan Tradisi Suci. Sebaliknya, umat dari gereja non-Katolik menganggap bahwa semua umat beriman mempunyai otoritas dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kristus dan tidak perlu mentaati pengajaran dari siapapun – sebagai akibat dari point 1, yaitu Sola Scriptura. Dengan otoritas ini, maka Gereja Katolik dapat melewati sejarah dengan tetap mengajarkan pengajaran iman yang sama dari satu generasi ke generasi yan lain.

3. Konsep ekklesiologi

Satu hal menyolok yang memang berbeda antara Gereja Katolik dan gereja-gereja non-Katolik adalah dalam mengerti konsep Gereja atau ekklesiologi. Bagi Gereja Katolik, Kristus mendirikan satu Gereja, yaitu Gereja Katolik (lih. Mat 16:16-19). Gereja Katolik inilah yang menjadi Tubuh Mistik Kristus (Ef 1:23; Ef 5), yang mempunyai empat tanda – satu, kudus, katolik dan apostolik –, serta menjadi sakramen keselamatan bagi seluruh bangsa. Gereja juga harus dimengerti sebagai cara (means) dan tujuan (end) – silakan melihat artikel ini – . Dengan kata lain, Gereja adalah pemberian Allah, tanda kasih Allah kepada umat Allah yang harus diterima, dijaga dan sekaligus menjadi tujuan, karena didirikan oleh Kristus, dijiwai oleh Roh Kudus dan mengantar umat manusia kepada keselamatan. Sedangkan bagi gereja-gereja non-Katolik, gereja dipandang hanya sebagai persatuan umat beriman yang percaya kepada Kristus, walaupun antar gereja mempunyai pengajaran yang berbeda-beda.


4. Sakramen dan liturgi

Gereja Katolik mengenal adanya tujuh sakramen: Sakramen Permandian, Sakramen Ekaristi, Sakramen Penguatan, Sakramen Tobat, Sakramen Perminyakan, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan. Tujuh Sakramen ini diinstitusikan sendiri oleh Kristus sebagai cara biasa untuk menyalurkan rahmat-Nya kepada umat Allah.

Sedangkan Kristen non-Katolik hanya mengenal Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi (kadang termasuk juga Sakramen Tobat) – bagi Lutheran. Bahkan dua sakramen inipun mempunyai arti berbeda dengan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Mereka tidak mempercayai bahwa baptisan adalah cara yang dipakai oleh Kristus sebagai cara untuk menyelamatkan manusia. Dan Perjamuan Suci juga hanya dianggap sebagai simbol, sedangkan Gereja Katolik mempercayai bahwa Kristus hadir secara nyata (Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan) dalam rupa roti dan anggur.

5. Konsep keselamatan

Bagi umat Katolik keselamatan adalah merupakan anugerah Allah dan hal ini juga dipercayai oleh gereja-gereja non-Katolik. Namun, selain rahmat Allah, Kitab Suci juga mencatat hal-hal lain, seperti: pentingnya iman untuk keselamatan, baptisan yang menjadi syarat keselamatan, orang akan diadili menurut perbuatannya. Dengan demikian, Gereja Katolik tidak mempercayai hanya iman (sola fide) dalam keselamatan seperti yang dipercayai oleh gereja-gereja non-Katolik, karena Kitab Suci memang tidak pernah mengatakan bahwa hanya karena iman saja, kita diselamatkan. Bahwa iman menjadi syarat keselamatan (Ibr 11:6) adalah benar, namun bukan iman saja.


6. Maria dan para kudus

Perbedaan lain yang menonjol adalah konsep mediasi. Gereja Katolik mempercayai bahwa semua orang dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Kristus. (lih. 1Kor 3:9) Kalau kita semua dipanggil menjadi teman sekerja Kristus, apalagi Maria, Bunda Allah dan para kudus. Bunda Maria dan para kudus adalah mereka yang sungguh telah bekerjasa dengan rahmat Allah, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Gereja Katolik melihat bahwa kematian tidaklah memisahkan orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah dengan umat Allah di dunia ini. (lih. Rom 8:38-39). Sedangkan gereja-gereja non-Katolik memandang bahwa orang-orang yang telah meninggal sama sekali terpisah dari umat Allah yang masih mengembara di dunia ini.

Demikian, apa yang dapat saya sampaikan secara prinsip tentang perbedaan teologis antara Gereja Katolik dan gereja-gereja non-Katolik. Kalau mau disarikan, maka ada tiga hal perbedaan: otoritas, pilar kebenaran dan mediasi. Semoga jawaban ini dapat menjawab pertanyaan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamus Indonesia