Kalender Liturgi

Sabtu, 22 Agustus 2009

Teologis Contreng


Teologis Contreng
Sebuah Refleksi Garis Contreng Pemilu 2009


Banyak dari kita pada bulan April 2009 lalu telah ikut mencontreng di tempat pemilihan masing-masing. Sebentar lagi, tanggal 8 Juli 2009, kita kembali akan mencontreng, kali ini dengan pilihan hanya pada tiga pasangan calon, Megawati dan Prabowo (Mega-Pro), Bambang dan Boediono (SBY-Berbudi), Jussuf Kalla dan Wiranto (JK-Win).

Tapi pernahkah anda terpikir bahwa contreng atau centang mungkin memiliki nilai teologis tertentu?

REFLEKSI GARIS CONTRENG

Beberapa goresan ikon kreatif golput menyentil dalam hayal-cepat saya di siang itu.
Mengapa mesti contreng? Apa sih makna contreng itu? Mengapa beberapa warga naif terhadap caleg-caleg 2009?

Saya merekonstruksi contrengan saya saat berada di bilik suara. Dalam pikiran[1] saya membuat titik sebagai tanda saya setuju terhadap salah satu caleg. Kemudian saya tarik garis lurus ke bawah sebagai tanda saya sependapat dengan visi-misi sang caleg, dan terakhir saya melepaskan refleks garis kanan atas sebagai tanda kepercayaan saya terhadap pelaksanaan kerja caleg dalam beberapa tahun ke depan.

Pikiran saya kian berkembang dari hal romantik sampai refleksi teologis.
“Dari mata turun ke hati, dari hati lalu ke mana?.” “Dari hati menuju perbuatan! Ya Perbuatan nyata!." ceplos merdu hati kecil saya sore itu. Seperti seorang kekasih yang membuktikan cintanya dengan saling memberi dan menerima.

Saya merefklesikan garis contreng seperti kehendak bebas Allah mewahyukan[2] diri kepada manusia (dari titik menuju ke bawah). Manusia yang menerima wahyu Allah (baca: beriman), akan melanjutkan kasihNya dalam hidup sehari-hari (garis contreng kembali ke atas tetapi arah kesamping).

Lalu bagaimana mengukur[3] tanda iman manusia (baca: orang beragama)? Dengan cinta kasih perbuatan nyata (bdk. Yakobus 2:17). Perbuatan nyata untuk memajukan kesejahteraan[4] bersama itu, manusia melakukan untuk Allah (bdk. Matius 25: 34-40).

CONTRENG CAPRES 2009?

Calon pemimpin akan mengemban amanah (baca: contreng) rakyat dengan penuh tanggung jawab. Merealisasikan visi-misi dan program kerja tidak berhenti dalam slogan kampanye saja, melainkan terus berproses sampai pemilu pilpres 5 tahun mendatang.

Para calon Presiden 2009, Mega-Pro, SBY-Berbudi, JK-Win berkompetisi sehat menarik simpati rakyat menuju pemilu Capres 2009. Masing-masing capres memiliki pasangan berlatar belakang militer[5]. Semangat perjuangan dan nasionalis tidak berhenti sampai radar militer tetapi terus berperjuang hingga medan perpolitikan.

RAKYAT SIAP MENANTI

Capres dan cawapres yang terpilih dapat mewujudkan program kerja nyata 5 tahun ke depan. Menyejahterakan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan membuka lapangan kerja yang tanpa merepotkan latar belakang rakyatnya, mengembalikan bangku sekolah anak-anak yang putus sekolah, menyediakan alat pancingan dan bukan umpan tiga bulanan, manekin-manekin mall menjadi manekin pematang sawah, dan yang utama kerukunan kbhinekaan tetap menjadi ideologi bangsa ini.

“Siapapun yang menang, saya sebagai rakyat siap menanti kinerja kepemimpinannya. Lima tahun perwujudan visi dan misi presiden dengan pemerintahannya ke depan tidak sekedar janji melainkan bukti! Dengan latar belakang presiden apapun, semua akan siap menanti pelaksanaan nyata presiden: Menyejahterakan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat Indonesia . Merdeka!!!”

IMANUEL




[1] Saya berpikir sambil berdoa dalam hati di kursi tunggu pengitungan suara TPS 049.

[2] bdk. Teologi Sitematika 1 Allah Penyelamat, Teologi Wahyu dan Iman, Nico Syukur Dister, 2004

[3] pertanyaan penulis kepada Rm. H. Pidyarto OCarm dalam rangka seminar Lembaga Biblika: “Siapa yang masuk surga: yang beriman atau berbuat baik?”, Gading Marina, 13 Juni 2009.

[4] Gaudium et Spes artike 26

[5] pandangan penulis tentang latar belakang militer Prabowo, Wiranto dan SBY di dukung oleh sumber-sumber internet (perang bintang di pilpres. Sumber: http://ihza-ihza.com/2008/07/17/perang-bintang-di-pilpres-2009-menyalip-dipenghujung-jabatan/)



1 komentar:

Kamus Indonesia