Kalender Liturgi

Jumat, 24 Oktober 2008

EPISTULA_Mantri1

Resep Hidup Rohani Yang Sehat

Kehidupan menuntut penyesuaian dalam segala hal, baik hidup beriman maupun keseharian. Sebagai manusia kita sering lemah, letih, lesu dan berbeban berat, sehingga kita memerlukan kesempurnaan dalam hidup, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi, jiwa, dan kekuatan serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Dengan anjuran dibawah ini, semoga kita senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Mengenai aturan dosisnya, bagi anak-anak usia 0-12 tahun setengah dari dosis orang muda, bagi orang muda sesuai dosis yang tertera, dan bagi orang dewasa dianjurkan melebihi dosis orang muda. PERHATIAN!!!, dosis ini tidak menimbulkan efek samping dan bukan suatu paksaan atau indoktrinisasi. Jika melaksanakannya dengan baik dan benar, maka Berkat dan Anugerah Tuhan tercurah bagi Anda. Imanuel.

Pertama, Refleksi dan Doa, minimal 30 menit (malam sebelum tidur dan sesudah bangun pagi). Para Imam, Biarawan – Biarawati selalu melakukan refleksi dan doa dalam kesehariannya. Kita yang manusia awam dapat hidup seperti mereka. Saat berdoa kita berefkleksi, dengan mengingat kembali semua pekerjaan atau kegiatan yang telah kita lakukan sejak bangun pagi hingga malam hari. Ketika bangun pagi, kita pun bedoa kepada Tuhan untuk merencanakan semua pekerjaan atau kegiatan yang akan dilaksanakan hari itu. Sebab jika Tuhan menghendaki kita akan hidup dan berbuat ini dan itu (lht. Yakobus 4:15)

Kedua, Nyanyaian Pujian Syukur, minimal 5 lagu (pagi dan malam). Setiap orang seringkali menghapali lagu-lagu terlaris di belantika musik, misalnya potong bebek angsa, ayat-ayat cinta, kemesraan, dsb. Mulai saat ini kita mulai menyanyikan lagu pujian dan syukur sebab Tuhan senantiasa penuh dengan Syukur dan Pujian (1 Tesalonika 5:18). Seandainya kita tidak bisa nyanyi (fals), kita bisa memutar lagu-lagu rohani dengan peralatan yang kita miliki (i-pod, kaset, CD-DVD, handphone,dll). Pasti dalam lubuk hati kita akan memaksa bibir kita untuk bernyanyi meski beberapa kata saja.

Ketiga, Membaca Kitab Suci, minimal 3 perikop, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Membaca kini menjadi budaya di Indonesia, agar rakyatnya tidak ada yang buta huruf di era Globalisasi nanti. Jika kita melupakan membaca Kitab Suci setiapa harinya. Maka Roh kita akan kosong melompong, dan bisa dimasuki tujuh roh jahat lainnya yang lebih jahat (Matius 12:43-45). Oleh karena itu, minimal kita membaca satu perikop dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Injil. Jadi bukan saja untuk menangkal tetapi mengisi ruangan dihati kita dan berkembangannya spiritualitas kita.

Keempat, Membaca Buku-buku Rohani dan lainnya, minimal 7 halaman, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam), seperti Katekismus, Iman Katolik atau buku-buku lainnya. Sebab kita tidak mau disebut Katolik KTP kan? Setidaknya pengetahuannya dapat berguna bagi iman kita dan bagi iman keluarga kita sendiri (lht. Roma 10:17).

Kelima, Menghafal dan Merenungkan, minimal 5 kata atau kalimat (setiap hari, sebaiknya dimulai pagi hari). Tak kenal maka tak sayang. Jika kita tidak mengenal atau mengingat apa yang kita yakini dalam agama kita, maka keruntuhan imanlah yang akan menimpa. Setiap orang yang merenungkan Sabda Tuhan siang dan malam, ia bagai pohon yang subur dan berbuah dengan baik (lht. Mazmur 1:3). Sabda-Nya membantu kita setiap saat.

Keenam, Melakukan Tindakan Nyata, minimal 3 hal berbuat baik dan benar, 3 x sehari (siang, sore, malam). Setiap hari tentu kita mengosok gigi, ke sekolah, dan bekerja. Namun, tindakan berbuat baik dan nyata pa yang kita lakukan hingga menjadi suatu kebiasaan? Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati (lht. Yakobus 2:17). Salah satu contoh tindakan nyatanya adalah memberi sedekah, memberi pakaian, memberi makanan-minuman, mengunjunggi orang sakit dan yang berada dalam penjara (lht. Matius 25:33-40). Jika kita menjadikannya suatu kebiasaan, maka janji Tuhan digenapi bagi hidup kita.

Ketujuh, Bersaksi dan Menjadi Teladan, minimal kepada 3 orang, 3 x sehari (pagi, siang/sore, malam). Bersaksi disini bukan untuk menjatuhkan orang lain atau fitnah. Melainkan menceritakan pengalaman diri kita sendiri saat kita di tolong Tuhan (lht. Lukas 24:44-49). Kesaksiannya berupa nilai-nilai iman Katolik, mukjizat, karya-karya serta penyertaan Tuhan. Inilah yang pokok diceritakan kepada orang lain. Sehinngga pribadi Tuhan terpancar dalam kehidupan kita, seperti kita meneladani hidup Yesus, Bunda Maria, dan Orang-orang Kudus.

Salam hormat.

TTD dan cap jempol,

‘Mantri’ Melki Pangaribuan.

1 komentar:

Kamus Indonesia